GridHEALTH.id - Usia 40 tahun banyak dinisbatkan sebagai gerbang masuk hari tua. Dimana manusia sudah mulai pikul, malas, dan lemas, keriput dan sebagainya.
Intinya usia 40 tahun itu semua tanda-tanda penuaan mulai bermunculan.
Termasuk sering sakit-sakitan dan memiliki penyakit penuaan juga komorbid.
Padahal seharusnya tidak demikian.
Karena menjadi manusia sehat di usia 40 dan seteresnya tetap bisa didapatkan oleh seseorang.
Hal tersebut pun diakui oleh mantan atlet Binaraga yang kini aktif memberikan edukasi dan motivasi hidup sehat, Ade Rai.
Menurutnya, "Padahal sebetulnya kita harus mengubah hal tersebut, perilaku kita untuk justru membuat kita jadi lebih sehat meski usia semakin meningkat," kata Ade Rai, dikutip dari kanal YouTube Dunia Ade Rai, Minggu (25/9/2022).
Jadi sebenarnya kita meski masuk usia 40 tahun atau lebih, tetap bisa sehat tanp akeluhan bermakna.
Jika demikian tetap bisa aktif dan produktif, juga tentunya bisa menikmati hidup dengan baik, ibadah pun tuma ninah.
Kalau demikian, apa yang menjadi penyebab di usia 40 tahun seseorang menjadi tua, dalam arti tidak fit dan sehat lagi.
Hal itu tidak lain dan tidak bukan karena masalah pengetahuan cara hidup sehat.
Menurut Ade Rai, derikut ini beberap ahal yang harus kita koreksi, jelang usia 40 tahun dan di usia 40 tahun ke atas, supaya hidup selalu sehat dan fit, dilansir dari Suara.com (25/09/2022)1. Banyak makan Vs Kurang Makan Banyak dan kurang makan sama saja tidak baik, sama-sama bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Terlalu banyak makan sebabkan lyto toxicity atau atau keracunan.
Kurang makan menyebabkan defisiensi atau tidak cukup nutrisi.Menurut Ade Rai, hampir rata-rata orang yang kebanyakan makan sebenarnya kelebihan konsumsi karbohidrat, terutama karbo olahan.
Parahnya konsumsi karbohidrat kerap dikombinasi dengan lemak olahan. Seperti, mie goreng, nasi goreng, mie ayam, mie instan, kue kering, kue basah, roti, juga keripik, kerupuk, dan camilan lainnya.
Walhasil, setiap kali dikondumsi akan menyebabkan fluktuasi gula darah. Akibatnya, tubuh selalu tidak mengenal rasa kenyang."Jadi tantangannya bukan jumlah kalori, tapi instruksi tubuh. Misalnya, 100 kalori dari telur atau 100 kalori dari donat otomatis instruksinya berbeda. Di mana bila kita makan donat pada saat itu kita pasti ingin makan lagi," jelas Ade Rai.2. Kurang asupan Protein dan salah jenis lemak yang dikonsumsi Ketahuilah, umumnya sumber protein sudah mengandung lemak alami yang sehat. Namun, sumber protein kerap diolah secara salah, sehingga sumber lemak juga jadi buruk.
Baca Juga: 10 Obat Panu Bahan Alami Mampu Berantas Panu Membandel
Misalnya, protein digoreng menggunakan margarin atau minyak jagung. Hal itu bisa menimbulkan transfat.Konsumsi protein sebenarnya bisa merangsang kemunculan hormon kenyang. Sehingga, ketika konsumsi protein akan kenyang lebih lama.
Berbeda apabila konsumsi karbohidrat yang justru mengakibatkan fluktuasi gula darah. Ade Rai menyarankan agar konsumsi protein harus diprioritaskan.3. Lebih banyak aktivitas pasifAktivitas fisik yang aktif adalah sudah kodratnya manusia.
Asal tahu saja, aktivitas aktif melatih otot jantung agar lebih kuat saat memompa darah.
Ade Rai menyarankan untuk lebih sering olahraga latihan beban daripada kardio.
Tujuannya untuk menguatkan otot. Sebab, bila otot kuat otomatis tulang akan lebih kuat.
Hal itu membuat gerak jadi normal, sehingga metabolisme menjadi baik dan pembakaran lemak lebih optimal.Apabila massa otot menurun pada saat itu permasalahan osteokimia, permasalahan pada tulang, bisa terjadi.4. Olahraga kurang tepat
Baca Juga: Seorang Dokter Lulusan Terbaik di Maksar Wafat di Hari Pernikahannya, Ini Penyebabnya
Setiap jenis olahraga pada dasarnya baik untuk kesehatan. Hanya saja, Ade Rai menjelaskan bahwa setiap tingkat kesulitan gerak olahraga menghasilkan pembentukan otot yang berbeda.Apabila saat latihan membuat beban semakin berat, otomatis stres yang diterima oleh otot juga jadi lebih tinggi.
Latihan beban disarankan untuk lebih sering dilakukan, karena gerak kardio sebenarnya secara tidak langsung sering dilakukan saat aktivitas sehari-hari."Kardio boleh dilakukan, tapi uniknya kardio itu selalu terpapar di mana-mana. Masuk ke mall kita jalan, kadang di kantor kita naik turun, orang yang sudah tua sering main sama anak-anaknya, kadang di airport pun harus kardio. Tapi kapan melakukan latihan beban, hampir jarang. Maka prioritas ke latihan beban," sarannya.5. Tidak optimis di usia 40 tahunUsia di atas 40 tahun kerap dianggap sudah tua, sehingga apabila alami sakit tertentu kerap dimaklumi karena faktor usia.
Padahal pemahaman itu tidak sepenuhnya benar. "Jadi kalau semakin tua tentu harus memelihara badan, prioritasnya harus lebih tinggi. Bukan kebalikannya, kita seolah-olah pasrah. Padahal kita malas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan."
"Sehat bukan tujuan, tapi sehat adalah sebuah syarat. Untuk kita bisa bermanfaat untuk banyak orang, berkarya, salat, sembahyang, dan sebagainya kita harus sehat," tutup Ade Rai.Untuk penyemangat menjadi tetap fit dan sehat di usia 40 tahun ke atas, dalam Islam, usia 40 tahun dianggap sebagai usia yang istimewa.
Baca Juga: Rutin Minum Susu dan Produk Olahannya, Risiko Diabetes Tipe 2 Turun 10 Persen
Usia 40 tahun dipandang sebagai tonggak awal kemapanan seseorang. Rasulullah SAW pun diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT pada usia 40 tahun.
Para salaf shalih yang beumur panjang dalam keadaaan ibadah dan taat kepada Allah menganjurkan para pemuda untuk memanfaatkan masa muda mereka, "Pergunakanlah masa muda kalian sebelum kalian menjadi seperti kami saat ini". Maksud mereka, di usia yang tua renta nan lemah tidak dapat melakukan banyak amal shalih padahal di usia mereka yang demikian mereka telah mendahului para pemuda dalam berlomba-lomba menuju jalan Allah dan bersungguh-sungguh dalam mentaati-Nya.
Namun dalam Islam, bukan usia panjang yang terpenting, melainkan keberkahan usia.
Keberkahan ditandai dengan bagusnya amal ibadah dan akhlaq serta karya yang bermanfaat bagi generasi sesudahnya.
Utuk mendapat itu kita membutuhkan sehat dan fit.(*)
Baca Juga: Masa Inkubasi Penyakit Kusta Bisa Sampai 2 Tahun Lebih, Gejalanya Bisa Tidak Disadari