Find Us On Social Media :

Indonesia Turunkan Angka Stunting Hingga 3 Persen di 2022, Mampukah? Ini Upaya yang Ditempuh

Menkes Budi berikan tablet tambah darah pada remaja putri sebagai upaya cegah stunting dalam gerakan nasional aksi bergizi, yang ke depannya akan diikuti 4.652 sekolah.

GridHEALTH.id - Pemerintah menargetkan permasalahan stunting di Indonesia dapat berada diprevalensi sebesar 14% di tahun 2024 dan tentu bukan menjadi hal yang mudah.

Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai kalangan untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah mengingat adanya target angka stunting di Indonesia dapat menurun sebanyak 3% di tahun 2022, salah satunya dengan membentuk aksi bergizi menjadi sebuah gerakan nasional. 

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita, di mana panjang badan berada di bawah 48% karena kurangnya asupan gizi, kurang stimulasi, atau adanya infeksi berulang yang terjadi pada anak-anak di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya mencegah stunting sejak dini, maka Kemenkes pun mengadakan Temu Media.

Tema yang diangkat Gerakan Nasional Aksi Bergizi, pada Senin (24/10/2022).

Permasalahan Stunting di Indonesia

Pada 2021, disebutkan bahwa angka stunting di Indonesia masih berada di 24%, "Kuncinya mengelola implementasi di lapangan," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH untuk mencapai target.

Data stunting yang disebutkan oleh dr. Endang menunjukkan, stunting di Indonesia sebanyak 23% sudah terjadi pada saat di kandungan, dan 77% setelah lahir, "Sehingga kita harus membuat intervensi itu dua, yaitu intervensi sebelum kelahiran dan intervensi sesudah kelahiran," sambung dr. Maria Endang Sumiwi, MPH.

Gerakan Nasional Aksi Bergizi

Gerakan Nasional Aksi Bergizi merupakan serangkaian upaya yang dilakukan oleh Kemenkes dengan berbagai pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan stunting di Indonesia.

Kemenkes menyebutkan sudah ada tiga upaya intervensi yang dilakukan, yaitu:

1. Pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri

Baca Juga: Ternyata Mencegah Stunting Pada Anak Bisa dengan Tempe, Makanan Murah Meriah

2. Pemberian makanan tambahan protein hewani pada anak usia 6-24 bulan

3. Pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil

Ketiga upaya ini masuk ke dalam aksi bergizi dan menjadi upaya untuk membuat gerakan implementasi di lapangan bentuk penerapan pencegahan stunting.

"Aksi bergizi ini adalah salah satu intervensi sebelum kelahiran dan ada dalam Perpres 72 tahun 2021, jadi indikator penting bahwa remaja putri menerima tablet tambah darah, targetnya adalah 90%," kata dr. Maria Endang Sumiwi, MPH.

Tablet Tambah Darah (TTD) Untuk Remaja Putri

Remaja putri di Indonesia berperan cegah stunting melalui konsumsi rutin tablet tambah darah.

Dengan hal tersebut, secara tidak langsung akan mencegah stunting sejak sebelum bayi lahir.

Keterkaitan antara tablet tambah darah yang perlu dikonsumsi rutin remaja putri dengan stunting adalah adanya faktor risiko yang ditimbulkan saat seseorang memiliki anemia.

Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka remaja putri yang mengalami anemia masih tinggi, hingga 20%.

Sayang banyak remaja putri yang tidak patuh dalam mengonsumsi TTD ini, dengan 76,2% remaja putri dalam 12 bulan terakhir sudah mendapatkan TTD namun hanya 1,4% yang mengonsumsinya sesuai anjuran.

Padahal saat seorang remaja putri memiliki anemia hingga saat kehamilan, maka sangat berisiko menyebabkan bayi lahir prematur, kekurangan gizi, dan memperbesar risiko kematian pada ibu hamil.

Untuk itu, gerakan nasional aksi bergizi ini akan dilaksanakan bersama di sekolah-sekolah untuk memastikan TTD telah dikonsumsi dengan baik oleh para remaja putri, "Sehingga kita membuat gerakan aksi bergizi dengan kegiatan di sekolah untuk minum tablet tambah darah bersama, melakukan aktivitas fisik bersama, dan mengonsumsi gizi seimbang," ujar dr. Maria Endang Sumiwi, MPH.

Dalam temu media ini, disebutkan sudah ada 4.652 sekolah dari 514 Kabupaten/kota yang menyatakan siap mengikuti gerakan nasional aksi bergizi untuk mengajak siswa dan siswi mengenali permasalahan stunting, membuat remaja putri mengonsumsi TTD dengan baik, sekaligus memberikan literasi kepada guru dan orangtua murid dalam membentuk lingkungan gizi yang baik di sekitar remaja. (*)

Baca Juga: Cegah Stunting Dengan Menciptakan Generasi Remaja Putri Bebas Anemia