GridHEALTH.id - Jumlah kelompok lanjut usia alia lansia, di Indonesia terbilang cukup tinggi.
Pada 2021, orang yang usianya sudah lebih dari 60 tahun ada sebanyak 10,82% dari total populasi masyarakat Tanah Air.
Bahkan diperkirakan lima tahun yang akan datang, terjadi peningkatan jumlahnya sebanyak 2-3%.
Bertambahnya usia, membuat orang rentan mengalami masalah kesehatan, termasuk pruritus atau sensasi gatal di kulit.
Mengapa lansia rentan alami pruritus?
Kelompok usia lanjut yang semakin besar jumlahnya, akan membuat faktor risikonya jadi semakin meningkat.
Di Amerika Serikat ada sebuah studi yang menunjukkan kalau lebih dari 7 juta pasien rawat jalan mengalami gangguan kulit ini.
Dari keseluruhan jumlah tersebut, 1,8 juta atau 25% di antaranya sudah berusia lebih dari 65 tahun.
Ada banyak faktor yang membuat seorang lansia rentan mengalami pruritus. Tak hanya terkait usia, tapi juga lainnya seperti alergi, diabetes, atau menjalani dialisis.
"Pada kasus lansia, ada 3 proses utama terkait penuan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus," kata dokter Yustin Sumito, Sp.KK, Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia, Kamis (3/11/2022).
"Pertama, hilangnya fungsi barrier (pelindung atau pembatas) kulit yang menyebabkan turunnya fungsi repair pada kulit. Kedua, immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau perlindungan tubuh. Ketiga, neuropati atau abnormalitas sistem saraf, di mana pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan," jelasnya.
Baca Juga: Cara Efektif Menyembuhkan Kulit Kering Gatal di Wajah, Jangan Digaruk!
Pentingnya deteksi dini pruritus
Dokter Yustin menegaskan, diperlukan tatalaksana dan diagnosis yang tepat bagi lansia yang mengalami pruritus.
Deteksi dini kondisi ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang menyeluruh.
Diperhatikan juga derajat keparahan gatal yang diukur dengan skala 1-10. Apabila sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka dilakukan tatalaksana agresif.
"Tatalaksana pertama yang dilakukan tentu dengan menjaga kelembaban kulit. Misalnya
dengan metode soak-and-smear (rendam kulit selama 10-20 menit di dalam air) dan metode
wet wraps (perban atau kain basah yang dibalut dengan krim tertentu)," jelasnya.
Namun, yang harus diingat yakni pengobatan pruritis pada lansia tak hanya sekadar menggunakan krim pelembab saja.
Sehingga apabila mendapati kondisinya tak kunjung membaik, maka diperlukan pengobatan dari dokter spesialis kulit dan kelamin.
Apa saja pengobatan pruritus?
Pruritus pada lansia tak boleh diabaikan, karena rasa gatalnya yang sangat mengganggu. Tak hanya itu, apabila kondisi ini berlangsung lebih dari enam minggu, kualitas hidup akan menurun.
Kulit gatal juga akan membuat sulit tidur dan menimbulkan kecemasan bahkan hingga depresi.
Untuk itu, pengobatan diperlukan agar gatal dan kemerahan akibat kondisi ini reda. Di rumah, bisa dilakukan dengan pakai lotion atau krim.
Baca Juga: Bikin Gatal Parah, Ini Cara Tepat Mengatasi Psoriasis di Kepala
Saat siang hari biasakan untuk mengoleskan sunscreen, mandi menggunakan air hangat, dan hindari pakaian yang bahannya menyebabkan iritasi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, apabila kondisinya tak juga membaik dengan pengobatan di rumah, maka tindakan lebih lanjut dari dokter dibutuhkan. (*)
Baca Juga: Rekomendasi 5 Obat Biduran di Apotek, Atasi Keluhan Gatal-gatal