Begitu juga dengan wilayah Asia Tenggara, terdapat perbedaan yang signifikan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Alasan Ketersediaan Obat Inovatif di Indonesia Sedikit
Butuh waktu sekitar 3-4 tahun, agar produk obat ini tersedia di Tanah Air, setelah dirilis secara global.
Ait-Allah Mejri menjelaskan, keterlambatan distribusi obat terjadi terhadap berbagai penyakit, tidak hanya satu atau dua saja.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa akar dari permasalahan ini bersifat multifaktorial. Salah satunya merupakan peraturan pemerintah.
Di mana, perusahaan farmasi asing harus mempunyai pabrik di sini terlebih dahulu untuk bisa teregister sebagai industri farmasi.
Kemudian, pemerintah juga meminta perusahaan farmasi untuk mempunyai nilai komponen lokal agar bisa terdaftar dalam JKN.
"Saat ini, untuk multinational company itu sangat menjadi tantangan, karena kebanyakan dari produk itu import," jelasnya.
Terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam produk obat modern, masih dirasa sulit untuk dilakukan.
Selain itu, health techonolgy assessment juga belum diimplementasikan. Sehingga saat melakukan penilaian produk apakah bisa masuk ke dalam JKN atau tidak, hanya terpaku pada kategori murah atau mahal.
Prosedur yang kompleks inilah yang menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara tetangga.
"Perbaikan dalam berbagai aspek diperlukan agar obat-obatan inovatif tersedia bagi pasien yang membutuhkan sehingga bisa membawa pasar Indonesia lebih menarik bagi investor," pungkas Nora. (*)
Baca Juga: Jepang Beri Donasi 200 Obat Untuk Atasi Gagal Ginjal Akut Pada Anak