GridHEALTH.id – Ada beragam masalah pada rambut dan kulit kepala, yang paling umum dikenali dan banyak diderita adalah ketombe. Berbeda dengan dermatitis seboroik yang terdengar asing bagi masyarakat umum.
Ketombe dan dermatitis seboroik tergolong dalam penyakit kulit kronis yang dapat memicu munculnya sisik, bisa disertai oleh rasa gatal ataupun tidak, namun lebih jauh dari itu, kedua kondisi kulit ini memiliki perbedaan yang mendasari.
Simak ulasan lengkap antara perbedaan ketombe dan dermatitis seboroik berikut ini, termasuk cara untuk mengatasinya sehingga ketombe dan dermatitis seboroik dapat diatasi.
Perbedaan Ketombe dan Dermatitis Seboroik
Gejala Ketombe
Persamaan keduanya dari segi gejala adalah menyebabkan kulit kepala kering dan gatal. Sedangkan beberapa gejala ketombe yang dapat dikenali adalah rasa gatal dan sisik kering di kepala hanya ada di kulit kepala, dengan bentuk sisik berwarna putih.
Gejala Dermatitis Seboroik
Bicara mengenai gejala dermatitis seboroik, maka yang dapat dilihat adalah adanya kulit kemerahan dan gatal, kulit bersisik, timbul ketombe akibat kulit yang terkelupas dan bisa terlihat di kulit kepala, daerah kumis, jenggot, dada, hingga alis, selain itu timbul ruam yang berbentuk bulat atau oval. Biasanya akan bertambah saat penderita mengalami stres.
Penyebab Ketombe
Dalam laman yankes.kemkes.go.id, dikatakan ada beberapa penyebab ketombe yang umum terjadi, seperti:
- Jamur Malassezia sp yang berkembangbiak di kulit kepala
- Stres
- Kulit berminyak yang mengalami iritasi atau kulit kepala yang kering
- Bahan produk perawatan rambut yang mengiritasi kulit kepala
Penyebab Dermatitis Seboroik
Sedangkan menurut yankes.kemkes.go.id disampaikan bahwa penyebab penyakit dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti, namun diduga kondisi ini disebabkan oleh jamur Malassezia yang tumbuh akibat minyak yang berlebihan di permukaan kulit. Beberapa penyebab lainnya yang memicu pertumbuhan dermatitis seboroik, yaitu:
Baca Juga: Tips Merawat Rambut yang Berhijab Agar Tidak Rontok dan Berketombe
- Memiliki daya tahan tubuh lemah (orang dengan HIV/AIDS, kanker, atau transplantasi organ)
- Sedang dalam tahap pemulihan dari penyakit berbahaya (orang yang baru saja mengalami serangan jantung)
- Menderita gangguan mental atau saraf (orang dengan penyakit Parkinson atau depresi)
- Penggunaan obat-obat tertentu
- Terpapar cuaca ekstrim (misal cuaca dingin dan kering)
Cara Mengatasi Ketombe dan Dermatitis Seboroik
Kedua jenis penyakit ini dapat diobati dengan baik, namun perbedaan ketombe dan dermatitis seboroik jika dilihat dari cara mengatasinya yaitu pada ketombe biasanya dengan perawatan rumahan bisa dilakukan, sedangkan pada dermatitis seboroik biasanya diperlukan konsultasi lebih lanjut dengan dermatologis.
Untuk ketombe, secara umum dapat dengan efektif diobati dengan shampo antiketombe yang digunakan secara rutin, biasanya dianjurkan oleh dermatologis digunakan dua kali seminggu.
Sedangkan pada kasus dermatitis seboroik, cara mengatasinya adalah dengan menggunakan shampo atau salep topikal yang memiliki kandungan antijamur. Bila juga tidak berkurang dengan pengobatan ini, maka biasanya akan direkomendasikan untuk pengobatan anti-inflamasi, shampo dengan kandungan tar, teknik fototerapi, hingga modulator imun.
Mengurangi rasa gatal dari dermatitis seboroik dapat dilakukan dengan menggunakan pelembab lembut, produk kulit tanpa wewangian, keramas, menggunakan minyak kelapa, minyak pohon teh, dan menerapkan teknik manajemen stres agar tidak memicu kondisi semakin parah.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun ketombe dapat disembuhkan dengan perawatan dari rumah, ada baiknya konsultasikan ke dermatologis jika tidak kunjung sembuh atau justru menimbulkan gejala yang semakin parah.
Pada dermatitis seboroik, jika sudah terdeteksi gejalanya maka lebih baik segera periksakan kepada dermatologis, karena kondisi ini bisa menjadi penyakit kronis dan kembali lagi pada sebagian orang. Oleh karena itu penting untuk menemui dokter lebih awal. (*)