Beliau mengatakan satu-satunya cara untuk melihat apakah anak cukup gizi atau tidak adalah dari grafik pertumbuhan.
"Apapun itu kita harus lihat grafiknya, kita punya target yang harus dipenuhi.
Setiap anak punya target berbeda-beda ya, jadi memang harus lihat grafiknya jika bicara soal gizi," ujar Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K).
Ia pun memberikan berbagai alternatif untuk menambah gizi anak.
"Sebagian besar (tidak seluruhnya) anak-anak itu cukup diberikan ASI sampai usia enam bulan, saya ulangi sebagian besar ya, dan ini untuk anak-anak yang lahir cukup bulan.
Bagaimana kita tahu anak sudah cukup gizi? Lihat lagi grafiknya, berat dikali tingginya, lingkar kepalanya oke.
Ketika bayi dinyatakan tidak cukup (gizi), saat masuk ke empat sampai enam bulan, silahkan saja ditambah dengan makanan tambahan.
Jangan pikirkan dulu (susu) formula. Tetapi kalau bayi sudah terdeteksi kurang pertumbuhannya sejak usia di bawah empat bulan, baru boleh berikan susu, tidak boleh makanan tambahan. Terserah mau susu (ASI donor) atau memakai susu formula," tegasnya.
Beliau juga menyampaikan jangan sampai orangtua memaksakan kehendak soal ASI eksklusif yang pada akhirnya bisa membuat bayi tidak cukup gizi di usia enam bulan.
"Cukup dan tidaknya gizi anak itu harus dilihat dari grafik, tidak ada cara lain, tidak bisa ditengok-tengok.
Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, ibu harus memahami grafik pertumbuhan anak atau bayi.