GridHEALTH.id - Gangguan kesehatan yang melibatkan otak tak boleh disepelekan, karena dapat menimbulkan efek yang tak terduga seperti perubahan perilaku dan sifat.
Dalam kasus pendarahan otak misalnya, ternyata dapat memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan orang yang mengalaminya setelah sembuh.
Pengertian Pendarahan Otak
Pendarahan otak dapat mengurangi pengiriman oksigen ke otak, menciptakan tekanan ekstra di otak dan membunuh sel-sel di otak.
Melansir laman Aurora Health Care, kondisi ini bisa disebabkan oleh bawaan atau masalah kesehatan lainnya. Ada juga risiko terjadi karena cedera.
Beberapa penyebab pendarahan otak yang paling umum meliputi:
• Tumor otak
• Kondisi kardiovaskular
• Tekanan darah tinggi atau hipertensi
• Stroke.
Pendarahan Otak Sebabkan Perubahan Sifat?
Melansir Cleveland Clinic, pasien pendarahan otak terutama karena stroke, dapat menyebabkan banyak perubahan pada perilaku seseorang.
Orang yang mengalami kondisi ini bisa berubah, tidak seperti orang yang dikenal sebelumnya.
Perubahan perilaku dan emosi orang tersebut merupakan gambaran dari cedera yang terjadi pada otak.
Perubahan yang terjadi akibat cedera otak banyak dan beragam. Dilansir dari Headway the Brain Injury Association perubahan perilaku yang terjadi di antaranya.
1. Rasa malu
Ini merupakan perubahan awal yang umum terjadi setelah pemulihan. Kondisi ini menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan membocorkan informasi pribadi terlalu bebas.
Hal yang kerap dikeluhkan yakni cenderung membuat komentar yang tidak pantas, tertawa, dan terlalu akrab dengan orang lain.
2. Implusif
Orang yang cedera otak cenderung bicara atau bertindak tanpa memikirkan konsekuensi dari perilakunya.
3. Perilaku obsesif
Seseorang mungkin menjadi obsesif atau terpaku pada pikiran atau perilaku tertentu setelah pendarahan otak.
Misalnya takut harta bendanya dicuri, sehingga terus memeriksa barangnya berulang kali.
4. Iribilitas dan agresi
Perilaku yang paling umum akibat pendarahan otak adalah peningkatan iribilitas.
Orang yang sempat mengalami cedera otak cenderung tidak sabaran, tidak bisa toleransi dengan kesalahan orang lain, dan mudah marah dengan hal-hal yang mengintrupsinya seperti suara bising.
Mereka dikenal menjadi pemarah, contohnya saat sesuatu tidak berjalan seperti yang diinginkan atau ada pendapat yang bertentangan, maka emosinya akan tersulut.
Jika hal ini dikaitkan dengan kontrol perilaku yang buruk, hal itu dapat mengakibatkan ledakan agresi verbal atau fisik. (*)