Find Us On Social Media :

Kasus Pertama Covid-19 Sebabkan Kerusakan Otak Pada Bayi Baru Lahir

Kedua ibu dari bayi yang mengalami kerusakan otak terpapar varian Delta dan belum vaksinasi.

GridHEALTH.id - Infeksi Covid-19 mempunyai efek jangka panjang pada penyintasnya bukan hal yang baru diketahui.

Beberapa orang yang sempat terinfeksi kerap masih merasakan serangkaian gejala meskipun sudah dinyatakan sembuh.

Orang-orang yang mengalami kondisi tersebut, disebut terkena long Covid-19.

Umumnya, orang-orang yang terkena long Covid-19 mengalami batuk yang tak kunjung sembuh.

Kemudian kehilangan kemampuan indera penciuman ataupun indera perasa, sehingga tidak bisa mencium aroma apapun dan juga merasakan makanan maupun minuman.

Pengaruhi Terhadap Bayi dalam Kandungan

Belum lama ini, sebuah kasus pertama dilaporkan bahwa Covid-19 yang diidap oleh ibu hamil dapat melewati plasenta hingga memengaruhi kondisi bayi.

Melansir Live Mint (9/4/2023), berdasarkan sebuah studi dua bayi dikonfirmasi mengalami kerusakan otak setelah dilahirkan dari ibu yang terinfeksi saat sedang hamil.

Studi ini dilakukan oleh University of Miami, menunjukkan bahwa Covid-19 mungkin saja tembus ke plasenta dan menginfeksi janin.

Para peneliti menegaskan, bahwa dua wanita tersebut saat itu terinfeksi varian Delta yang memang dikenal ganas, pada gelombang kedua tahun 2020.

Selain varian Delta yang terkenal cukup fatal, saat itu juga vaksinasi Covid-19 masih belum tersedia seperti sekarang.

Bayi Negatif Covid-19

Berdasarkan laporan studi, kedua bayi tersebut dinyatakan negatif virus saat mereka lahir.

Baca Juga: Status Kedaruratan Covid-19 Berlanjut, Menko PMK: Hingga Bulan Mei

Akan tetapi, terdapat antibodi SARS-CoV-2 yang meningkat secara signifikan dalam darah darah mereka.

"Para peneliti mengatakan bahwa itu menjadi petunjuk antibodi melewati plasenta, atau terjadi pelepasan virus dan respons kekebalan adalah milik bayi," menurut pernyataan dari UHealth-Sistem Kesehatan University of Miami, dikutip dari CBS News (6/4/2023).

Dua bayi itu mengalami kejang-kejang, mempunyai ukuran kepala yang kecil, dan perkembangan yang lambat.

Salah satu di antara keduanya dilaporkan meninggal dunia saat usianya masuk 13 bulan.

"Banyak wanita yang terpapar oleh Covid-19 selama kehamilan, tapi untuk melihat masalah seperti ini pada bayi mereka saat lahir jelas hal bukan hal yang biasa," kata Dr Shahnaz Duara spesialis kebidanan dan kandungan dari University of Miami Miller School of Medicine.

Meski begitu ia mengingatkan, para ibu hamil tidak perlu merasa khawatir apabila dinyatakan positif saat sedang mengandung.

Pasalnya, lebih banyak kasus ibu penyintas Covid-19 yang dapat melahirkan bayi mereka dalam kondisi sehat dibandingkan dengan yang sakit.

Lebih lanjut, Duara juga mengatakan bahwa infeksi ini tak sama seperti dampak yang ditimbulkan oleh virus Zika.

Penelitian lebih lanjut menurutnya masih perlu dilakukan, untuk mengungkapkan alasan dari kondisi yang dialami kedua bayi itu.

"Kami perlu melanjutkan penelitian kami untuk mencari tahu mengapa kedua bayi ini mengalami hasil yang sangat buruk," kata asisten pediatri Dr. Merline Benny.

"Begitu kami sepenuhnya memahami penyebabnya, kami dapat mengembangkan intervensi yang paling tepat," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Varian Covid-19 Arcturus Terdeteksi di India Hingga Singapura, Apa Gejalanya?