Find Us On Social Media :

Mengenal Mitos dan Fakta Stroke, Kasusnya Tinggi di Indonesia

Mitos stroke dapat menyebabkan perawatan tidak tepat.

GridHEALTH.id - Stroke adalah masalah kesehatan yang termasuk dalam kategori gawat darurat.

Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya aliran darah yang menuju ke otak, bisa disebabkan oleh sumbatan ataupun pendarahan.

Menurut Kementerian Kesehatan prevalensi stroke di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan Riskesdas 2018, angka kejadian stroke nasional 10,9 per mil dengan kasus tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil) dan terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil).

Stroke dapat memengaruhi memengaruhi kemampuan berbicara, berpikir, dan bergerak pengidapnya.

Bahkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian karena jaringan di otak yang mati dan menyebabkan kerusakan.

Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak mitos kesehatan tentang stroke yang beredar dan dipercayai oleh masyarakat.

Mitos dan Fakta Seputar Stroke

Berikut adalah beberapa fakta dan mitos stroke yang penting diketahui kebenarannya.

1. Pengaruh usia

Mitos: Stroke hanya terjadi pada orang yang sudah memasuki usia lanjut.

Fakta: Mengutip laman OSF HealthCare, orang lanjut usia memang mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terkena stroke.

Namun, penyakit ini tidak hanya diderita oleh lansia. Faktanya sekitar 25 persen kasus stroke terjadi pada orang-orang yang berusia di bawah 65 tahun.

Kebanyakan dari mereka terkena serangan stroke akibat serangan jantung atau gangguan penyumbatan darah.

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Minum Air Dingin Saat Haid Bisa Sebabkan Kista?

2. Tidak bisa dicegah

Mitos: Stroke disebut sebagai salah satu masalah kesehatan yang pencegahannya tidak mungkin dilakukan.

Fakta: Hal tersebut salah, karena sekitar 80-90 persen kejadian kondisi ini dapat diecegah dengan mengontrol faktor risikonya seperti tekanan darah.

Selain itu, juga bisa dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dari sebelumnya.

3. Mengobati stroke secara tradisional

Mitos: Ketika mengalami serangan stroke, cukup ditangani dengan menusukkan jarum ke jari hingga berdarah.

Fakta: Cara tersebut tidak dibenarkan dan justru bisa membuat pengobatan yang tepat jadi terlambat dilakukan.

Stroke terbagi menjadi dua jenis, yakni iskemik (penyumbatan) dan hemoragik (pecahnya pembuluh darah). Pengobatan akan disesuaikan dengan tipe yang dialami.

4. Tidak bisa sembuh

Mitos: Banyak orang yang mengatakan kalau penderita stroke tidak bisa sembuh.

Fakta: Bila penanganan dilakukan secepat mungkin saat serangan terjadi, maka peluang untuk sembuh lebih besar dan risiko kecacatan atau bahkan kehilangan nyawa menurun.

5. Sulit terdeteksi

Mitos: Tak jarang disebutkan bahwa serangan stroke yang dialami seseorang sulit untuk terindetifikasi.

Fakta: Nyatanya, kondisi ini dapat dideteksi karena pengidapnya biasanya mengalami beberapa gejala yang disingkat menjadi BE FAST.

B atau balance (kehilangan keseimbangan secara mendadak), E atau eyes (pandangan mata kabur), F atau facial (salah satu sisi wajah turun), A atau arm (salah satu atau kedua lengan lemas dan tidak mampu diangkat), S atau speech (bicara melantur atau sulit), dan T atau time (menghubungi ambulans bila terdapat gejala-gejala tersebut). (*)

Baca Juga: Benarkah Penggunaan Deodoran Sebabkan Wanita Kanker Payudara? Simak Penjelasannya