Find Us On Social Media :

Kasus Demam Berdarah Secara Global Melonjak, WHO Keluarkan Peringatan

Mencegah gigitan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan.

GridHEALTH.id - Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (21/7/2023), mengeluarkan peringatan kasus DBD kemungkinan melonjak tahun ini.

Hal tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi pemanasan global yang menguntungkan nyamuk DBD alias aedes aegypti.

Peningkatan Kasus DBD Secara Global

Mengutip Reuters, kasusnya secara global memang terlihat mengalami kenaikan delapan kali lipat sejak tahun 2000. Pada 2022, terlapor ada 4,2 juta kasus.

Penyakit ini, diketahui pertama kali ditemukan di ibukota Sudan, yakni Khartoum.

Pada Januari lalu, WHO sempat mewanti-wanti kalau DBD adalah penyakit tropis yang cepat menyebar dan direpresentasikan sebagai "ancaman pandemi".

Dr Raman Velayudhan, salah seorang ahli di departemen pengendalian penyakit tropis terbaikan WHO mengatakan, sekitar setengah dari populasi dunia saat ini berisiko.

Kasus yang dilaporkan ke WHO mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada 2019 dengan 5,2 juta kasus di 129 negara.

Tahun ini, diperkirakan bisa mencapai 4 juta, sebagian besar bergantung pada musim monsun Asia.

Hampir 3 juta kasus telah dilaporkan di Amerika. Ia juga menambahkan, ada kekhawatiran tentang penyebaran ke area selatan yakni Bolivia, Paraguay, dan Peru.

"Wilayah Amerika tentu menunjukkan hal itu buruk dan kami berharap kawasan Asia dapat mengendalikannya," kata Velayudhan.

Baca Juga: Tanda-tanda DBD pada Orang Dewasa: Gejala, Diagnosis, dan Pencegahan

WHO lebih lanjut mengatakan, penyakit yang menyebabkan demam dan nyeri otot ini, laporan kasus yang ada hanya mewakili sebagian kecil dari jumlah total infeksi global.

Pasalnya, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan ini berakibat fatal pada kurang dari 1% orang.

Lebih lanjut dijelaskan, iklim yang lebih hangat dianggap membantu nyamuk untuk berkembang lebih cepat dan memungkinkan virus berkembang biak dalam tubuh mereka.

Velayudhan menggaris bawahi, peningkatan pergerakan barang dan orang serta urbanisasi dan masalah yang terkait dengan sanitasi, sebagai faktor lain di balik peningkatan kasus DBD.

Jawa Barat Kasus Tertinggi DBD

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat, hingga minggu ke-22 tahun 2023 sudah ada 35.694 kasus DBD.

Paling tertinggi tercatat di wilayah Jawa Barat sekitar 6.000 kasus, kemudian Bali sebanyak 3.400 kasus, lalu diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengatakan, penyebaran DBD kerap mengalami peningkatan pada musim pancaroba.

Sisa genangan air saat musim hujan, menjadi tempat munculnya nyamuk pembawa penyakit ini.

"Jadi dalam potensi perubahan cuaca, genangan air itu harus diwaspadai. Karena itu berpotensi untuk tumbuhnya nyamuk, itu harus diwaspadai," ujarnya dikutip dari Kompas (21/7/2023).

Sebagai langkah pencegahan, diharapkan juru pemantau jentik (jumantik) untuk semakin gencar mensosialisasikan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan) benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Pencegahan penyebaran juga bisa dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan obat antinyamuk, tidak menggantung pakaian dalam kamar, dan menaburkan bubuk larvasida dalam penampungan air. (*)

Baca Juga: Awas Gigitan Nyamuk DBD Mengganas saat Suhu Panas, Ini Cara Menghindarinya