Find Us On Social Media :

Sudah Masuk Indonesia Sejak Maret, Begini Penularan 'Eris' Varian Baru Covid-19

Covid-19 Eris menular lewat droplet.

GridHEALTH.id - Varian baru Covid-19 Eris atau EG.5, sudah masuk ke Indonesia sejak awal Maret lalu.

Informasi tersebut diungkapkan oleh pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.

Adanya temuan varian Eris di Indoensia juga dibenarkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.

Ia mengatakan, berdasarkan data GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data), sudah ada 12 kasus di Indonesia.

Pelacakan masih terus dilakukan, mengingat temuan pertama sudah cukup lama terjadi.

"Masih di-tracking, karena kejadian yang sudah cukup lama," ungkapnya dikutip dari Kontan (9/8/2023).

Cara Penularan Covid-19 Eris

Melansir Washington Post, Eris adalah keturunan dari kelompok strain virus corona yang berlabel XBB.

Ini semua merupakan turunan dari varian Omicron, yang muncul pada akhir 2021 lalu.

Data dari WHO, EG.5 mendominasi 17,4% kasus Covid-19 secara global hingga 23 Juli lalu. Menyebabkan peningkatan sekitar 7,6% empat minggu sebelumnya.

Kemunculan Covid-19 Eris diketahui menyebabkan terjadinya lonjakan kasus di Inggris.

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melihat potensi meningkatnya kasus Covid-19 akibat varian baru ini.

Baca Juga: Covid-19 Varian Eris Sudah Masuk ke Indonesia, Kenali 5 Gejalanya

Penularan Covid-19 Eris sama seperti varian yang lainnya, yakni melalui droplet yang keluar saat seseorang berbicara, bersin, atau batuk.

Droplet yang mengandung virus tersebut, kemudian mengkontaminasi benda di sekitar.

Ketika memegang benda-benda tersebut dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut, maka virus dapat masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi.

Gejala yang dirasakan pun juga tidak berbeda dengan infeksi Covid-19 varian yang sebelumnya seperti hidung tersumbat atau meler, demam, sakit kepala, hingga sakit tenggorokan.

Masyarakat Jangan Panik

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan varian ini sebagai varian dalam pengawasan global.

WHO mencantumkan sejumlah tindakam yang direkomendasikan agar diprioritaskam oleh negara-negara anggota.

Seperti memahami kemampuan varian ini untuk mengelabui antibodi dan tingkat keparahan EG.5. Kedua hal tersebut termasuk indikator dalam pemantauan.

Nadia Tarmizi mengingatkan agar masyarakat untuk tidak panik, meksipun varian baru Covid-19 ini sudah ada Indonesia.

Pasalnya, tidak terlihat adanya peningkatan kasus. Tapi, sikap waspada tetap diperlukan.

Kelengkapan vaksinasi masih ditekankan dan masyarakat juga diminta selalu menjaga kesehatan.

"Kita melihat tidak ada peningkatan kasus ataupun fatalitas dari Covid-19. Jadi tetap waspada dan jaga kesehatan dengan segera lengkapi vaksinasi Covid-19 yang saat ini masih gratis," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Status Covid-19 di Indonesia Resmi Endemi, Positif Covid-19 Tetap Harus Isolasi?