Pengidapnya akan merasakan hidung mampet, jumlah ingus yang lebih banyak, dan terkadang juga ditandai dengan kemunculan darah.
Selain keluhan pada telinga dan hidung, dokter yang berpraktik di RSU Bunda Jakarta ini juga menjelaskan, gejala kanker nasofaring juga bisa ditandai dengan munculnya benjolan di leher.
"Jadi benjolan di leher itu, bisa penyebabnya bukan dari leher itu sendiri,, bisa dari nasofaring dan lain-lain. Kita mulai aware kalau sudah ada benjolan di leher, cari indukannya di mana, karena di leher hanya anakan," jelasnya.
Ia melanjutkan, "Jadi sebaiknya kalau sudah ada benjolan di leher, konsultasikan dengan (dokter) THT karena kita ahrus memeriksakan menggunakan endoskopi."
Bagaimana Cara Deteksi Kanker Nasofaring?
Dokter Noval mengatakan, sebaiknya memang tidak menunggu sampai ada gejala yang timbul.
Karena bila sudah ada gejala kanker nasofaring seperti telinga penuh, hidung mampet, atau pembengkakan di leher, artinya kondisinya sudah lebih lanjut.
Namun karena posisinya yang berada di rongga dalam, memang membuatnya sulit terdeteksi dan umumnya baru diketahui saat sudah memasuki stadium lanjut.
"Beda kalau misalkan di tangan (bisa) kelihatan langsung. Makanya sering telat deteksinya, karena posisinya ini," terangnya.
Sehingga untuk mengetahui risiko penyakit ini, disarankan untuk rutin melakukan medical check up tahunan dan pemeriksaan endoskopi.
"Pemeriksaan dininya hanya bisa dilakukan dengan endoskopi. Kalau (jenis) tumor lain kan kadang ada marker darahnya, ini enggak. Makanya saran dari saya, gimana mencegahnya ya dengan medical check up rutin tahunan dan pemeriksaan endoskopi," pungkas dokter Noval.
Pemeriksaan deteksi dini dengan endoksopi hidung bisa mulai rutin dilakukan saat usia 40 tahun ke atas. (*)
Baca Juga: Kontroversi Ikan Asin, Enak dan Punya Nilai Gizi, Tapi Membawa Malapetaka