GridHEALTH.id - Pembesaran prostat merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh pria berusia lanjut.
Belum lama ini, Raja Charles III dilaporkan masuk rumah sakit setelah didiagnosis mengalami penyakit ini.
Pihak Istana Buckingham mengatakan, Raja Charles III tak ragu untuk memberikan detail diagnosis penyakitnya, karena ia berharap pria yang mengalami gejala untuk segera memeriksakan diri.
Lantas, apa gejala pembesaran prostat yang harus diwaspadai?
Tanda-tanda Alami Pembesaran Prostat
Sebelumnya, ketahui terlebih dahulu mengenai kondisi ini. Prostat merupakan sebuah kelenjar, bagian dari sistem reproduksi pria.
Kelenjar ini mengelilingi uretra di leher kandung kemih, area pertemuan uretra dengan kandung kemih.
Prostat mempunya dua atau lebih bagian, yang dikelilingi oleh lapisan luar jaringan, dan terletak di depan rektum, tepat di bawah kandung kemih.
Dokter spesialis urologi dr. Hilman Hardiansyah, Sp.U, menjelaskan pembesaran prostat jinak merupakan pembesaran organ prostat akibat bertambahnya sel-sel.
Penyakit ini bersifat jinak, bukan merupakan kondisi yang ganas seperti kanker.
Ia menjelaskan, seorang pria yang terkena benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat, mungkin akan mengalami beberapa gejala.
"Gejala yang sering didapati adalah buang air kecil jadi harus mengedan, pancaran melemah, buang air kecil tidak lampias, atau sama sekali tidak bisa buang air kecil," jelasnya kepada GridHEALTH, Selasa (23/1/2024).
Baca Juga: Menghantui Lansia, Bisakah Pembesaran Prostat Seperti Raja Charles Dialami Usia Muda?
Selain itu, gejala pembesaran prostat yang kerap terjadi yakni kesulitan menahan buang air kecil dan sering terbangun pada malam hari untuk BAK.
Gejala tersebut terjadi karena saat prostat membesar, kelenjar akan menekan dan menjepit uretra. Dinding kandung kemih menjadi tebal.
Akhirnya, kandung kemih melemah dan kehilangan kemampuan untuk mengosongkan sepenuhnya, hingga tertinggal sejumlah urine di kandung kemih.
Mengobati Pembesaran Prostat
Apabila mengalami gejala-gejala tersebut, lakukan pemeriksaan untuk tahu ada risiko penyakit ini atau tidak.
Diagnosis pembesaran prostat dilakukan dengan melihat riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, pemeriksaan fisik, dan tes medis.
Apabila terdeteksi mengalami masalah kesehatan ini, maka seorang pria akan menjalani pengobatan. Tatalaksana BPH terdiri dari modifikasi gaya hidup, pengobatan, dan pembedahan.
"Bila masih belum parah, maka BPH dapat diterapi dengan memodifikasi gaya hidup hingga minum obat rutin," kata dokter Hilman.
Akan tetapi bila kondisinya sudah lebih lanjut atau pengobatan dengan konsumsi obat tak menunjukkan hasil, maka pembedahan dapat dilakukan.
"Contoh tindakan awal yang dapat dikerjakan untuk BPH antara lain pemasangan selang kencing (katerisasi urine transuretra)," ujarnya.
Ia melanjutkan, "(Perawatan dengan) pengerokkan prostat dari saluran kencing (Transurethral Resection of Prostate, TURP), hingga tindakan dengan teknologi mutakhir seperti pengerokan prostat dengan laser."
Nah, itulah beberapa gejala pembesaran prostat yang harus diwaspadai oleh pria dan tatalakasana perawatan yang biasa dilakukan untuk mengatasinya. (*)
Baca Juga: Ketahui Tingkatan Stadium Pada Kanker Prostat, Deteksi Dini Segera!