Kasus kematian DBD terbanyak terjadi di Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara, dengan tingkat kematian tertinggi di Tidore Kepulauan, Purworejo, Mandailing Natal, Barru, dan Surakarta.
Kemenkes telah menerapkan enam strategi nasional untuk mengatasi peningkatan kasus DBD. Strategi tersebut meliputi penguatan manajemen vektor yang efektif dan berkesinambungan, peningkatan akses dan mutu tata laksana dengue, penguatan surveilans dengue yang komprehensif, peningkatan pelibatan masyarakat, penguatan komitmen pemerintah dan kemitraan, serta pengembangan kajian, inovasi, dan riset berbasis bukti.
Pencegahan DBD sangat penting dilakukan dengan vaksinasi serta upaya 3M plus: Menguras bak mandi dan wadah air lainnya, Menutup rapat tempat penampungan air, Mendaur ulang barang bekas, dan Mencegah gigitan serta perkembangbiakan nyamuk.
Inovasi terbaru dari Kemenkes adalah vaksin DBD yang mampu mengurangi risiko komplikasi serius. Meski belum masuk program nasional, vaksin ini sudah dapat diakses dengan persetujuan dari BPOM.
Dari data WHO, diketahui bahwa ada dua vaksin dengue yang telah mendapatkan lisensi di dunia.
Keduanya adalah Dengvaxia® (CYD-TDV) yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur, dan Qdenga® (TAK-003) yang dikembangkan oleh Takeda.
Baca Juga: Vaksin Demam Berdarah Dengue, Solusi Untuk Mencegah Kematian Akibat DBD?