1. Adanya hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian ventral penis. Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan
2. Adanya epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian dorsal penis, dengan gejala yang sama
3. Si Kecil mengalami kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia aplastik
Oleh karena itu, ada baiknya tindakan khitan dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau dokter spesialis bedah anak, agar apabila ditemukan adanya kelainan organ atau kondisi medis tertentu, dokter dapat memberikan penjelasan dan penanganan yang lebih tepat.
Apa yang harus dilakukan setelah khitan?
Setelah tindakan khitan, pasien akan mengalami beberapa reaksi jangka pendek yang tidak membahayakan.
“Hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain seperti rasa ngilu pada kepala penis yang baru dikhitan.” kata dr. Yessi.
“Hal tersebut wajar terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau ketika kontak dengan celana dalam. Rasa ngilu akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua hingga empat minggu.” sambungnya.
Untuk mengurangi rasa sakit, dr. Yessi menyarankan agar pasien menggunakan celana dalam yang tepat.
“Pakai celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam sunat. Jika selesai berkemih, jangan lupa juga membersihkan sisa air dengan tisu atau kasa pada tiga hari pertama setelah khitan.” jelas dr. Yessi.
Selanjutnya, pada seminggu awal khitan sebaiknya mengurangi sejumlah aktivitas tertentu seperti naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gesekan antara luka khitan dengan sadel.
Jangan lupa berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis anak sebelum mengajak buah hati Anda untuk dikhitan, ya. Semoga bermanfaat! (*)
Baca Juga: 3 Rekomendasi Metode Sunat di Indonesia, Semuanya Tidak Sakit