Find Us On Social Media :

Vanessa Angel Sakit Harus Dirawat Akibat Stres, Ahli: 'Stres Tingkatkan Risiko Stroke'

Kondisi Vanessa Angel di rumah sakit

GridHEALTH.id - Pasca jatuh sakit usai jalani pemeriksaan selama 12 jam di Polda Jatim pada Rabu (30/1/2019) kemarin, kondisi Vanessa Angel terlihat semakin membaik.

Hal ini terlihat dari unggahan kekasih Vanessa Angel, Bibi Ardiansyah pada Minggu (3/2/2019).

Ia mengunggah sebuah video yang memperlihatkan Vanessa Angel tengah duduk di atas ranjang rumah sakit sembari berterima kasih pada warganet yang telah mendoakan dirinya selama dirawat di rumah sakit.

Baca Juga : Cara Memasak Nasi Yang Salah dan Berbahaya Bagi Kesehatan, Perhatikan! 

"Buat semuanya, makasih ya yang udah doain aku sampe detik ini. Mohon doanya semoga aku kuat menjalani semua ini. Amin. Makasih," tutur Vanessa.

Dalam video tersebut mata Vanessa Angel terlihat sembab seperti baru selesai menangis.

Setelah dirinya ditetapkan akan menjalani hukuman 6 tahun penjara, kondisi kesehatan aktris cantik tersebut langsung turun.

Ia diduga mengalami stres atas kasus prostitusi online yang menjeratnya.

Bahkan menurut kuasa hukum Vanessa, berat badan perempuan 27 tahun itu turun drastis hingga mencapai 6 kilogram.

"Berat badannya sampai turun 6 kilogram. Ya semuanya lah, sudah sakit dan kepikiran juga. Jadi ya semuanya jadi satu," ujar Milano Lubis seperti dikutip GridHEALTH.id dari Grid.id.

Baca Juga : Cuaca Dingin Sebabkan Gangguan Jantung dan Paru-paru, Benarkah?

Stres memang bisa dialami oleh siapa saja dan bersumber dari pikiran.

Menurut dr. Sahat Aritonang, Sp.S, M.Si, Med, FINS, dokter spesialis saraf dari RS Pondok Indah, stres yang kita alami bisa berubah menjadi stroke yang berujung pada kematian.

Ironisnya, kebanyakan orang yang mengalami stres berada di usia produktif.

Baca Juga : Masker Putih Telur Untuk Wajah Glowing dan Bebas Kerutan, Tapi Bisa Timbulkan Alergi!

“Banyak dari manajer-manajer yang darah tinggi akibat stres tapi tidak berobat, setiap hari pesan junk food. Jadi, intinya kembali ke pola hidup. Dia tidak aware dengan faktor risikonya,” ujar Sahat, melansir Kompas.com (11/10/2018).

Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis, baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam.

Biasanya, ini disebabkan oleh adanya penyumbatan atau kebocoran pembuluh darah di otak.

Otak mempunyai tugas untuk menggerakkan anggota tubuh lain.

Ketika salah satu pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah, maka sistem alirannya tidak akan sempurna dan berpengaruh pada sistem gerak anggota tubuh lain.

Sahat menjabarkan, ketika kita mengalami stres, maka tubuh akan menghasilkan hormon-hormon stres yang dapat meningkatkan kecepatan gerak aliran darah dan membuat pembuluh darah meregang dan menjadi ringkih, terutama yang ada di otak.

“Ketika pembuluh darah tersumbat, maka darah tidak bisa menyalurkan makanan ke wilayah yang seharusnya dituju. Akhirnya, daerah tersebut akan mati. Kalau pecah, dia akan membanjiri daerah sekitarnya dan darah itu ketika berada di dalam pembuluh darah, dia bagus, tapi ketika di luar, dia berubah menjadi racun,” jelas Sahat.

Menurut Sahat, hanya 12% kasus stroke yang disebabkan pecahnya pembuluh darah, dan 86% stroke akibat penyumbatan.

Tapi, jika pembuluh darah pecah risiko kematiannya akan lebih tinggi.

Selain stres, ternyata orang yang memiliki karakter cepat marah, tidak sabar, agresif mempunyai kecenderungan untuk mengalami stroke, berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan di Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry.

Sehingga, alangkah lebih baik jika orang-orang bisa mengurangi stres dalam hidup mereka.

Spesialis stroke, Rafael Ortiz, MD, mengatakan penelitian baru menambah bukti bahwa stres adalah faktor risiko yang kuat untuk stroke.

"Studi ini memberi kami alasan lain untuk menasihati pasien dengan faktor-faktor risiko ini untuk mencoba dan mengurangi stres dalam hidup mereka," kata Rafael.

Baca Juga : Hasil Riset, Diet Meditariania Bantu Tingkatkan Peluang Hamil