Find Us On Social Media :

Kisah Kim Walter yang Alami Gangguan Kecemasan, Merasa Dikejar-kejar Sesuatu

Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali ibu rumah tangga.

 

GridHEALTH.id - Berbicara mengenai masalah kejiwaan/mental/psikologis, cakupannya luas, bukan hanya gila. Stres, depresi, gangguan kecemasan, itu juga termasuk dalam masalah psikologis dan itu dialami oleh Kim.

Baca Juga : 4 Perlakuan Orangtua yang Tanpa Sadar Justru Bisa Merusak Kesehatan Jiwa Anak, Hati-hati!

Menurut Journal of Neuro Science, gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali ibu rumah tangga.

Perempuan bernama Kim Walters merasakan sendiri bagaimana rasanya berjuang untuk sembuh dari gangguan kecemasan.

Kim mengalami serangan panik pertama kali di sebuah kantor pada Oktober 2011. Saat itu, ia mengaku tidak bisa melihat, harus berjalan perlahan, dan tekanan darahnya melonjak tinggi.

"Jantungku berdebar kencang, aku merasa sesak napas, dan mulutku seperti kapas. Aku tahu ini gejala kecemasan yang telah aku coba lawan dan sembunyikan," ungkap Kim menceritakan serangan panik pertamanya, dikutip dari laman Healthline.

"Jantungku berdebar kencang, aku merasa sesak napas, dan mulutku seperti kapas. Aku tahu ini gejala kecemasan yang telah aku coba lawan dan sembunyikan," ungkap Kim.

Kecemasannya semakin bertambah saat dirinya menyadari bahwa keesokan harinya dia dan suaminya akan melakukan perjalanan tanpa membawa anak dari Chicago ke California.

Baca Juga : Orang Jepang Paling Disiplin Sedunia, Ternyata Begini Model Pendidikannya Sejak Kecil

 

Bahkan gangguan kecemasannya semakin memburuk saat dirinya pulang dari perjalanan ke Lembah Napa bersama suaminya.

"Ketika kembali ke rumah, aku tahu bahwa kecemasan ini telah mencapai puncaknya dan tidak berkurang. Aku tidak nafsu makan dan tidak bisa tidur di malam hari, bahkan terkadang bangun dalam keadaan panik."

Baca Juga : Aura Kasih Hamil Suami Rajin Memasak, Ini Makanan Sehat Ibu Hamil

"Aku bahkan tidak ingin membacakan cerita sebelum tidur pada anak-anakku, padahal itu merupakan hal favoritku, dan itu membuatku tidak berdaya," kenang Kim.

Kecemasannya melanda hampir ke mana pun dia pergi. Namun, dia tahu bahwa tinggal di dalam bersama dua anaknya bukanlah solusi.

Kim terus mencoba melawannya terlepas dari betapa mengerikannya ia tidur atau betapa cemasnya hari itu. Ia tidak pernah berhenti, meski setiap hari terasa melelahkan dan penuh ketakutan.

Akhirnya Kim memutuskan untuk pergi ke dokter guna mengetahui apakah kecemasannya diperparah oleh alasan fisiologis dan psikologis.

Hasil pemerikasaan menunjukkan bahwa tiroidnya tidak berfungsi dengan baik dan dokter meresepkannya obat.

Seolah tak puas, Kim juga mengunjungi seorang ahli naturopati dan seorang ahli gizi yang berusaha mengevaluasi apakah makanan tertentu memicu kecemasannya.

"Aku merasa seperti mengejar dan dikejar sesuatu karena ini tidak membantu," kata Kim.

Baca Juga : Diet Jahe, Cara Mudah untuk Turunkan 2-4 Kilogram dalam Seminggu

Tak lama, seorang dokter kedokteran integratif meresepkan Xanax, sejenis obat penenang, yang bisa diminumnya saat ia mengalami serangan panik.

Namun, itu tidak berhasil untuknya. Ia merasa selalu cemas dan tahu bahwa obat-obatan tersebut membuat ketagihan dan bukan solusi jangka panjang.

Baca Juga : Jangan Minder, Survei Membuktikan, Wanita Gemuk Ternyata Paling 'Hot' Saat Berhubungan Intim

Setelah bertahun-tahun berjuang akhirnya Kim menemukan terapis yang tepat dan terbukti dapat membantu mengatasi kecemasannya.

Kim didiagnosa dengan kecemasan umum dan terapisnya menggunakan terapi perilaku kognitif (CBT), yang mengajarkan pasien untuk membingkai ulang pikiran yang tidak membantu.

"Misalnya, 'Saya tidak akan pernah cemas lagi' menjadi 'Saya mungkin memiliki kebiasaan baru, tetapi saya bisa hidup dengan kecemasan,'" jelas Kim.

Selain itu, terapis juga menggunakan paparan dan pencegahan respons (ERP), yang membuat pasien takut dan mencegah untuk menghindarinya.

"Ini sangat membantu. Gagasan di balik terapi pajanan adalah untuk mengekspos diri Anda pada hal-hal yang ditakuti, berulang kali, dengan langkah bertahap," katanya.

"Eksposur berulang terhadap rangsangan yang ditakuti memungkinkan kita untuk 'terbiasa' dengan kecemasan dan mengetahui bahwa kecemasan itu sendiri tidak begitu menakutkan."

Baca Juga : Empat Cara Alami Singkirkan Bau Badan Meski Berkeringat

Kim mulai terbiasa, saat dia menghadapi pemicu paniknya, ia tidak menghindarinya dan bahkan menjadi lebih mudah untuk pergi ke tempat umum.

Kim mengunjungi terapisnya beberapa kali sebulan selama tiga tahun setelah serangan panik pertamanya.

Dengan semua kemajuan yang dia buat, dia merasakan dorongan untuk membantu orang lain yang mengalami kecemasan.

Baca Juga : Awas Bakteri di Mulut Bayi, Ini Cara Menjaga Kebersihan Mulut Bayi

Sekarang Kim bekerja sebagai terapis dalam program rawat jalan di rumah sakit kesehatan perilaku di Illinois, di mana ia menggunakan terapi paparan untuk membantu pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD), gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan kecemasan. (*)