GridHEALTH.id – Prebiotik dan probiotik diperoleh anak dari makanan juga minman. Jika ini selalu terpenuhi dengan baik anak pun akan sehat tak mudah sakit.
Tahukah, perut merupakan sarang penyakit? Karenanya orangtua perlu memperkuat sistem pencernaan anak, agar anak selalu sehat dan tak gampang sakit.
Dengan cara itu orangtua bisa memperkuat daya tahan tubuh anak melawan penyakit.
Baca Juga : Benarkah Sakit Panas Tinggi Selalu Terjadi Saat Anak Tumbuh Gigi?
Nah, menurut dr. Budi Purnomo, SpA, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, supaya kesehatan perut terjaga, ada beberapa hal penting yang perlu orangtua perhatikan, yakni:
1. Menjaga kebersihan/higienis.
Artinya, minimalkan adanya peluang kotoran atau kuman masuk ke dalam mulut. Peluang ini umumnya terjadi saat anak berada di fase oral ditandai dengan kesenangan memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut.
Sama halnya dengan anak di luar fase oral yang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan, gemar menggigit-gigit kuku, hobi menarik-narik/menggaruk-garuk rambut ataupun minim pengetahuan tentang kebersihan diri dan makanan.
2. Menjaga agar usus/saluran pencernaan tidak terinfeksi kuman-kuman jahat. Jika diperlukan, pemberian prebiotik dan probiotik sangat dianjurkan.
Baca Juga : Begini Kondisi Bayi yang Diambil Sang Ayah dari Rahim Ibunya Setelah Dibunuh Menggunakan Parang di Bengkulu
Baca Juga : Obat Kanker Usus Tak Lagi Ditanggung BPJS, Ini Penjelasannya
3. Pemberian ASI pada bayi secara kontinu dan eksklusif sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
Untuk mendapatkan probiotik dan prebiotic, menurut dokter ahli gastroenterology ini, harus tahu terlebih dahulu apa itu probiotik dan prebiotic.
Probiotik adalah sebutan bagi bakteri baik yang mampu mengusir bakteri jahat yang berhasil lolos masuk ke dalam tubuh.
Jika jumlah probiotik anak mencukupi, apalagi lebih dari cukup, bisa dipastikan tubuhnya lebih kuat membentengi diri dari serangan penyakit.
Tingkat keasaman yang diciptakan probiotik inilah yang sebetulnya dapat membunuh kuman-kuman penyakit penyebab diare, kolera, disentri, dan aneka penyakit perut lainnya.
Baca Juga : Romi Septiawan Akui Sedang di Puncak Amarah Ketika Bunuh Istri Pakai Parang, Ini Kiat Menghadapi Kemarahan
Sumber probiotik yang mudah ditemukan di pasaran adalah susu fermentasi yang mengandung bakteri baik. Probiotik juga dapat diberikan lewat suplemen atau obat tertentu.
Sedangkan prebiotik adalah makanan bagi si bakteri baik. Jika asupan prebiotik mencukupi tentu jumlah pasukan dalam tubuh (probiotik) pun memadai. Pasukan ini akan mampu bekerja secara optimal dalam menjaga kesehatan tubuh.
Menurut Budi, untuk mendapatkan prebiotik tidaklah sulit. Dalam makanan, prebiotik paling banyak terdapat pada buah-buahan (terutama pisang dan tomat), susu, bawang putih, yogurt dan madu.
Namun, di antara semua sumber tadi yang paling banyak kandungan prebiotiknya adalah yogurt.
Prebiotik juga banyak terdapat dalam ASI. Itulah mengapa pemberian ASI pada bayi merupakan hal yang sangat penting.
Baca Juga : Benarkah Pil KB Sebabkan Hipertensi dan Preeklamsia? Ini Penjelasannya
Apalagi sudah terbukti bahwa selengkap apa pun komposisi susu formula, tidak akan dapat menggantikan ASI. Itulah mengapa, ASI eksklusif disarankan pemberiannya hingga bayi berumur 6 bulan yang kemudian dilanjutkan sampai usia 2 tahun.
Penting diketahui, tambah Budi, pada dasarnya orangtua bisa memperkuat sistem percernaan buah hatinya lewat makanan sehat seperti yang disebutkan di atas.
Jika diamati dengan menggunakan mikroskop, maka terlihat di dalam usus terdapat bulu-bulu halus yang kerap disebut jonjot usus.
Nah, di atas jonjot inilah terdapat lapisan enzim yang berfungsi mengurai makanan agar bisa diserap jonjot usus kemudian dibawa ke seluruh tubuh.
Saat perut diserang kuman jahat, kuman-kuman ini akan menggerogoti jonjot usus hingga akhirnya gundul atau tipis.
Dengan demikian lapisan enzim yang ada di atasnya pun akan berkurang atau bahkan musnah.
Baca Juga : Tubuh Shakira Aurum Bengkak Akibat Kemoterapi, Inilah yang Menyebabkan Anak Denada Membesar Seperti Itu
Jika sudah seperti itu bisa dibayangkan bagaimana makanan yang masuk ke dalam tubuh bisa terurai menjadi zat-zat gizi yang dibutuhkan anak dalam proses tumbuh kembangnya.
Padahal kecukupan zat-zat gizi bagi seluruh bagian tubuh amat menentukan proses tumbuh kembang seseorang anak. (*)