Find Us On Social Media :

Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi Se-Asia Tenggara oleh Greenpeace, Berisiko Sebabkan Penyakit Berbahaya

Jakarta disebut sebagai kota paling berpolusi di Asia Tenggara

GridHEALTH.id - Berdasarkan unggahan instagram Greenpeace Indonesia pada Kamis (7/3/2019) kemarin, Jakarta menduduki peringkat pertama dalam kota paling berpolusi di Asia Tenggara pada 2018.

Setelah itu diikuti oleh Hanoi, Vietnam, lalu Samut Sakhon, Thailand, sebagai kota paling berpolusi kedua se-Asia Tenggara.

Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak mengatakan, ada 2 faktor penyebab Jakarta menjadi kota paling berpolusi di Asia Tenggara.

Baca Juga : Saat Operasi Pembesaran Alat Vital Miliarder Berlian Ehud Arye Laniado Asal Israel Meninggal Akibat Komplikasi!

Faktor pertama, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta seiring bertambahnya waktu semakin banyak sehingga meningkatkan emisi kendaraan bermotor.

"Kita bisa melihat ya, kendaraan pribadi roda empat ataupun roda dua melebihi kapasitas Jakarta untuk menampungnya. Hampir tidak ada kontrol terhadap penambahan (kendaraan bermotor). Jadi, orang-orang makin mudah difasilitasi menggunakan kendaraan pribadi," kata Leonard saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/3/2019).

Sedangkan faktor kedua, adanya pembangkit listrik tenaga uap batu bara dalam radius 100 meter di sekitar Jakarta.

Lalu Leonard menyebut PLTU berkontribusi dalam menyumbang 33% hingga 36% polusi udara di Jakarta.

"Greenpeace juga melihat di sekitar Jakarta dalam radius 100 meter, ada pembangkit listrkk tenaga uap batu bara.

Jadi, itu juga menyumbang dengan serius untuk tingkat polusi udara di Jakarta," ujar Leonard.

Hasil studi yang dilakukan oleh Greenpeace dan IQ AirVisual ini dipublikasikan pada Selasa (5/3/2019).

Dalam studi tersebut, rata-rata harian kualitas udara di Jakarta dengan indikator PM 2.5 pada tahun 2018 adalah 45,3 mikrogram per meter kubik udara.

Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pedoman kualitas udara rata-rata harian 25 mikrogram per meter kubik udara.

Baca Juga : Melalui Pengobatan Transplantasi Peneliti Sembuhkan Pasien HIV/AIDS

"Rata-rata harian kualitas udara di Jakarta lebih buruk 4,5 kali lipat dari batas aman dan batas sehat yang ditetapkan oleh WHO. Angka itu juga meningkat dibanding tahun 2017 dimana rata-rata harian kualitas udara di Jakarta adalah 29,7," jelas Leonard.

Polusi udara merupakan salah satu permasalahan yang serius, sebab bisa memunculkan berbagai masalah terutama kesehatan semua orang.

Dalam situs resmi WHO disebutkan bahwa ambient (polusi udara luar) merupakan penyebab utama kematian dan penyakit secara global.

Diperkirakan sebanyak 4,2 juta penduduk meninggal dunia akibat polusi udara, terutama dari penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru-paru dan infeksi pernapasan akut pada anak-anak.

Polusi udara ambient di seluruh dunia mencakup:

- 29% dari semua kematian dan penyakit akibat kanker paru-paru- 17% dari semua kematian dan penyakit akibat infeksi saluran pernapasan bawah akut

- 24% dari semua kematian akibat stroke- 25% dari semua kematian dan penyakit akibat penyakit jantung iskemik- 43% dari semua kematian dan penyakit akibat penyakit paru obstruktif kronis

Pada anak-anak dan orang dewasa, baik paparan polusi udara jangka pendek maupun jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru, infeksi pernapasan dan asma yang memburuk.

 

Baca Juga : Melalui Pengobatan Transplantasi Peneliti Sembuhkan Pasien HIV/AIDS

Sedangkan bagi perempuan, polusi bisa menyebabkan hasil kelahiran yang buruk seperti pengurangan berat lahir pada bayi, kelahiran prematur hingga kelahiran usia kehamilan kecil.

Bukti yang muncul juga menunjukkan polusi udara sekitar dapat memengaruhi diabetes dan perkembangan neurologis pada anak-anak. (*)