Makanan yang sedikit kandungan seratnya bila diserap banyak diubah menjadi energi yang kemudian sisanya akan diubah lagi menjadi lemak.
feknya, bisa menyebabkan overweight (obesitas), yaitu suatu gangguan yang terjadi karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Nah, bila sudah terjadi obesitas, bahayanya bisa bermacam-macam, dari diabetes sampai gangguan jantung.
Selain itu, karena mi adalah makanan, dan makanan tidak lepas dari urusan nutrisi alias gizi, untuk mi sebenarnya bisa disebut bergizi.
Mi yang sudah ditambahkan telur memiliki kandungan protein juga. Namun begitu, sebaiknya untuk anak baru diperkenalkan pada mi kalau ia sudah bisa makan nasi.
Baca Juga : Terbukti Boraks dan Formalin Terdapat pada Mi, Berikut Tips Memasak Mi
Pertimbangannya, jika anak telanjur mengalami ketergantungan semata-mata pada mi, berarti ia amat berpeluang menderita kekurangan zat gizi.
Bukankah makanan yang dikonsumsinya jadi tak bervariasi karena ia tak mengonsumsi sumber makanan lainnya.
Ingat, kebanyakan mi tidak mengandung vitamin sama sekali dan kelewat tinggi kandungan mineralnya.
Kalaupun semula bahan dasarnya memiliki zat-zat gizi tertentu, zat-zat gizi ini sudah hilang selama pengolahan pembuatan mi.
Jadi boleh mengonsumsi mi tapi sebelum disajikan mi harus dimasak dengan baik, dan diberikan makanan bergizi lainnya, daging, ikan, sayur, telur, dan lainnya.
Baca Juga : Anak Tidak Bersemangat Karena Anemia? Berikan Makanan Bergizi Ini
Pun, tak disarankan mengonsumsi mi setiap waktu. Jadikan mi sebagai makanan selingan saja yang dikonsumsi seminggu 2 kali, atau seminggu 1 kali untuk anak. (*)