Find Us On Social Media :

Derita Sindrom 'Putri Tidur', Gadis Ini Tidur Siang Selama 3 Minggu; 'Ketika Bangun Realita Menghantamku'

Sindrom Putri Tidur membuat gadis 21 tahun ini 'ketiduran' sampai 3 minggu

GridHEALTH.id - Seorang gadis bernama Rhoda Rodriguez-Diaz (21) asal Leicester, Inggris, menderita sindrom langka bernama 'Putri Tidur'.

Bahkan Rhoda bisa tidur selama 22 jam dalam sehari, dan hanya akan terbangun untuk makan, minum atau ke toilet dalam kondisi setengah tertidur.

Masa yang paling buruk adalah ketika Rodha tertidur selama 3 minggu hingga ia melewatkan ujian akhir tahun di universitasnya.

Baca Juga : Alami Edema, Tasya Kamila Ketakutan karena Cincin Nikahnya Tak Bisa Lepas; 'Jariku Bakalan Busuk Gak Ya?'

Karena sindromnya ini, Rhoda disebut teman-temannya sebagai gadis pemalas.

Padahal selama ini dirinya berusaha untuk mengatasi dampak dari sindrom putri tidunya itu.

"Benar-benar menjengkelkan ketika orang memanggilku malas. Saya memang berjuang untuk mengatasi dampaknya," jelas Rhoda kepada Daily Mail.

Rhoda merasa sindrom Putri Tidur ini membuatnya frustasi.

Ketika masih kecil, ia didiagnosis menderita hiperinsomnia yang ditandai dengan kelelahan ekstrem oleh dokter umum.

Tetapi baru pada September tahun lalu para dokter akhirnya menemukan Rhoda menderita sindrom Kleine-Levin alias sindrom putri tidur, yang hanya diderita satu dari sejuta orang.

"Hidup terus berjalan sementara aku tidur. Realita menghantamku ketika aku bangun dan menyadari bahwa aku telah kehilangan satu minggu dalam hidupku," sambungnya.

Sindrom Kleine-Levin (KLS) alias sindrom putri tidur merupakan gangguan kelainan tidur yang sangat langka.

Baca Juga : Jamur Bukan Sayuran, Dikonsumsi Rutin Mengurangi Risiko Penurunan Fungsi Otak

Gangguan ini ditandai dengan kebutuhan tidur berlebihan (hipersomnensi) bahkan bisa tidur hingga 20 jam sehari, asupan makanan berlebihan (hiperfagia kompulsif) dan perubahan perilaku seperti dorongan seksual yang berlebihan (hiperseksual).

Berdasarkan laporan Rarediseases.org, ketika penderita bangun dari tidur panjangnya, mereka ada kemungkinan menunjukkan sifat lekas marah, kurang energi (lesu), hingga kurangnya emosi (apatis). 

Mereka juga mengalami kebingungan atau halusinasi.

Gejala KLS bersifat siklus. Jadi seseorang bisa melakukan aktivitas seperti biasanya berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa mengalami satu episode KLS.

Dalam beberapa kasus, KLS ini akhirnya bisa hilang seiring bertambahnya usia, tapi ada kemungkinan episode-nya akan muncul lagi di lain hari.

Baca Juga : KB Spiral Ampuh Cegah Kehamilan & Tahan Lama, Tapi Punya Risiko Kesehatan!

Penyebab pasti sindrom Kleine-Levin tidak diketahui. Namun, para peneliti percaya dalam beberapa kasus, faktor keturunan dapat menyebabkan beberapa individu memiliki kecenderungan genetik untuk mengembangkan gangguan tersebut. 

Diperkirakan bahwa gejala 'Putri Tidur' ini mungkin berkaitan dengan kerusakan fungsi otak yang membantu mengatur fungsi-fungsi seperti tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh (hipotalamus). 

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa sindrom Kleine-Levin mungkin merupakan gangguan autoimun.

Timbulnya gejala yang terkait dengan gangguan ini sangat cepat. Penderita kemungkinan memiliki sekitar dua hingga 12 episode per tahun.

Walaupun sindrom ini akan menghilang seiring berjalannya usia, gangguan ini bisa diderita seseorang hingga usia 40 hingga 50 tahunan.

Terakhir kali Rhoda mengalami episode yaitu pada Desember lalu, di mana ia tidur selama 60 jam atau 3 hari.

Karena terbiasa dengan gangguannya ini, Rhoda mengaku ia cukup tahu ketika dirinya akan mengalami satu episode KLS.

"Aku lebih menyadarinya sekarang. Saya tahu kapan saya akan memiliki sebuah episode," tandasnya.

Teman-temannya juga mengatakan mereka bisa merasakan apabila Rhoda sedang mengalami gejala KLS, yaitu ketika emosi 21 tahun itu tiba-tiba berubah buruk.(*)

 

Baca Juga : Diet Sesuai Golongan Darah, Kunci Memiliki Tubuh yang Diidam-idamkan Masing-masing Orang