GridHEALTH.id - Sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang ibu menendang anaknya sendiri ketika melakukan pemotretan untuk produk pakaian menjadi viral di media sosial.
Video yang direkam dan diunggah ke media sosial Tiongkok, Weibo, pada Senin (8/4/2019) ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak, terutama merek-merek fashion yang bekerja sama dengan wanita tersebut.
Jadi, gadis cilik bernama Niuniu tersebut merupakan seorang model untuk beberapa merek fashion dan ia sudah berkecimpung di dunia model ini selama 6 bulan.
Baca Juga : Kisah 'Lelaki Paling Subur di Eropa', Ed Houben Miliki Ratusan Anak dengan Wanita dari Berbagai Negara!
Melansir Nextshark, sang ibu menendang Niuniu ketika gadis berusia 3 tahun itu kelelahan dan tidak kooperatif saat pemotretan.
Model cilik seperti Niuniu mampu menghasilkan Rp10 juta hingga Rp19 juta per harinya, dari hasil pemotretan ratusan merek baju.
Dalam 4 hari, Niuniu bahkan bisa menjadi model untuk 400 merek pakaian.
Ternyata ini bukan pertama kalinya Niu Niu mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari ibunya.
Dalam rekaman video lain terlihat sang ibu memarahi Niuniu dan memukulnya menggunakan gantungan baju di sebuah studio foto.
Tentu saja Niuniu hanya menangis saat itu karena takur dengan sang ibu.
Pada suatu kesempatan, ada seorang reporter yang mewawancarainya dan bertanya apakah Niuniu senang melakukan pekerjaannya ini.
Baca Juga : Faktanya Gula Bukan Penyebab Diabetes, Penyakit yang Sebabkan Mus Mulyadi Meninggal
Tak diduga gadis polos tersebut menjawab, 'tidak', dan mengungkapkan dirinya lebih suka bermain.
Tapi jawaban Niuniu ini disangkal oleh sang ibu yang mengatakan buah hatinya itu hanya bercanda dan menjelaskan memar di kaki Niu Niu adalah hasil dari kecerobohan putrinya.
Kejadian ini tentu sudah termasuk ke dalam ranah child abuse.
Kekerasan pada anak adalah semua bentuk perlakuan menyakitkan, dapat secara fisik, emosional, penyalahgunaan seksual, pelalaian, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain.
Dan semua itu mengakibatkan kerugian nyata terhadap kesehatan, kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan martabat anak dan dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan.
Melansir laman pemerintah Australia, Australia Institute of Family Studies, kekerasan ini akan mengakibatkan trauma pada anak.
Trauma yang disebabkan oleh pengalaman pelecehan dan penelantaran anak memiliki efek serius pada perkembangan otak mereka.
The Center of the Developing Child dari Universitas Harvard telah merilis berbagai makalah yang secara kritis meninjau literatur tentang perkembangan otak.
1. Otak berkembang dari waktu ke waktu dan melalui interaksi dengan lingkungan.
2. Stres kronis, toksik dari jenis yang dialami oleh anak-anak yang mengalami malnutrisi khususnya dengan tidak adanya hubungan yang konsisten, suportif dan interaktif dengan pengasuh dewasa, telah ditemukan memiliki efek yang sangat merusak pada pertumbuhan otak anak-anak.
3. Paparan trauma kompleks dan kronis dapat menyebabkan masalah psikologis yang persisten.
4. Interaksi antara gen dan lingkungan juga memainkan peran dalam bagaimana otak berkembang, khususnya selama periode perkembangan awal.
Setelah video ini viral dan banyak klien yang memutuskan hubungan, akhirnya ibu Niuniu membuat sebuah permintaan maaf melalui sebuah unggahan di Weibo.
"Saya sedang berkomunikasi dengan Niuniu dengan beberapa tindakan yang tidak berbahaya. Saya minta maaf atas kesalahpahaman," tutur sang ibu di unggahanya.
Baca Juga : Salah Memakai Celana Dalam Berisiko Terkena Kanker, Jangan Sampai Masih Lakukan 7 Kebiasaan Ini!