Penelitian yang dilakukan oleh Mohsen Nematy (2012) menyimpulkan bahwa terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramada.
Contohnya, kadar kolesterol darah menurun dari 193,4±51 mg/dl menjadi 184,3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL.
Baca Juga : Hendak Berobat ke Luar Negeri, Ini 5 Hal Penting yang Harus Dibawa
Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.
Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal. Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga gagal jantung.
Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.
Satu hal lagi, selama puasa, organ tubuh termasuk pencernaan akan beristirahat. Puasa dilakukan untuk mengurangi asupan cairan sehingga tidak membuat jantung semakin membengkak. Jantung yang membengkak akan menyebabkan sesak napas dan melemahnya pompa darah.
Baca Juga : Iri Pada Teman yang Jarang Sakit? Contek Gaya Hidup Sehatnya Seperti Ini
Namun bukan berarti pasien tidak memerlukan cairan sama sekali. Pasien penyakit jantung disarankan meminum air putih dengan jumlah maksimal 1,5 liter.