Angka yang ditunjukkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa perdarahan saat persalinan adalah penyebab ketiga paling umum dari kematian ibu di negara-negara berpenghasilan rendah (setelah HIV/AIDS dan TBC), dan tercatat hingga 58.000 kematian.
Baca Juga: Studi Ungkap 40% Wanita Alami Depresi Pasca Melahirkan, Ini Penyebab dan Solusinya
Dikutip dari The Lancet, sekelompok peneliti menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2003 hingga 2009, perdarahan, gangguan hipertensi (preeklamsia dan eklamsia), dan sepsis merupakan penyebab lebih dari setengah kematian ibu di seluruh dunia.
Lebih dari seperempat dari angka kematian disebabkan penyebab tidak langsung, seperti infeksi pascamelahirkan, komplikasi aborsi, komplikasi persalinan, dan pembekuan darah.
Meskipun angka mortalitas ibu telah menurun drastis sejak 1990-an (hingga 45%), namun hampir 99% dari keseluruhan kasus mortalitas ibu yang dilaporkan oleh berasal dari negara-negara berkembang yang memiliki pengaturan sumber daya rendah, termasuk Indonesia.
Menurut dia, angka kematian ibu hamil masih di atas yang diharapkan. Selain itu, keterbatasan sarana prasarana juga menjadi sebab meninggalnya ibu setelah melahirkan.
"Angka kematian ibu melahirkan pada 2017 ada 174 kasus dan pada 2018 menurun menjadi 150 kasus," ujar Andalas.
Ia berharap para pengambil kebijakan dapat menyediakan sarana prasarana yang memadai bagi ibu yang melahirkan guna mengoptimalkan pelayanan medis.