GridHEALTH.id – Setelah ditangkapnya komedian NN dan sang suami IS oleh Polisi dengan dugaan penyalah gunaan narkoba, khususnya Sabu, kini heboh berita yang menyebutkan Polisi berhasil membongkar kebohongan komedian NN.
Saat ditangkap dan diperiksa di kantor Polisi, komedian NN dan sang suami yang juga menjadi tersangka mengaku baru mengonsumsi narkoba jenis sabu, atau dalam bahasa ilmiahnya adalah amphetamines.
NN mengaku kepada Polisi jika dirinya baru lima bukan mengonsumsi barang haram tersebut.
Tentu Polisi tidak akan percaya begitu saja.
NN akhirnya menjalani uji laboratorium, meliputi urine dan darah, juga folikel rambut.
Melansir Kompas.com, dari hasil tes urine dan darah menunjukkan bahwa NN dan IS positif mengonsumsi sabu.
Polisi kemudian melakukan penelitian melalui uji folikel rambut untuk mengetahui sudah berapa lama NN mengonsumsi Sabu, apakah sesuai dengan pengakuannya atau tidak.
"Setelah kita lakukan pengujian bahwa benar positif dari tersangka NN maupun JJ semuanya positif (sabu)," ujar Kabid Narkoba Puslapfor Polri, Kombes Pol Sodiq Pratomo dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, hari ini (30/7/2019).
Baca Juga: Singkirkan Hilda Vitria, Model Majalah Dewasa Ini Pikat Billy Syahputra dengan Rahasia Kecantikan
Namun polisi juga menyatakan kalau Nunung memakai narkoba sudah lebih dari 1 tahun lalu.
"Kalau kita asumsikan secara teoritical rambut kita tumbuh antara 0,5-1,3 cm perbulan sehingga kita asumsikan pertumbuhan rambut tersangka satu bulan 1 cm. Maka paling tidak NN sudah menggunakan Sabu selama 13 bulan,” lanjut Sodiq.
Hasil tes urine, polisi menemukan kadar metamfetamin yang tinggi pada NN juga IS.
Tes urin adalah bentuk uji biologis yang paling umum dalam studi penyalahgunaan obat, karena biayanya yang murah dan penggunaan klinis yang luas dalam pengobatan (Moeller et al., 2008).
Walaupun pengujian urin memberikan ukuran yang berharga dari penggunaan narkoba di antara pasien yang menggunakan narkoba secara teratur, melansir ncbi.nlm.nih.gov, ia memiliki kegunaan terbatas bagi mereka yang menunjukkan pola penggunaan yang lebih moderat karena jendela pendeteksian yang singkat (kurang dari beberapa hari untuk sebagian besar obat).
Pengujian rambut adalah alternatif yang menjanjikan, dan telah digunakan dalam berbagai uji klinis, pengujian obat di tempat kerja, dan aplikasi toksikologi forensik (Curtis dan Greenberg, 2008; Klein et al., 2000).
Tapi menurut hasil uji dan riset yang dilakukan oleh University of Maryland, dan cWayne State University, Detroit, pengujian rambut mempunyai kendala ketersediaan / panjang rambut variabel; kekhawatiran peserta tentang visibilitas kosmetik dari pengumpulan sampel; dan biaya relatif lebih tinggi.
Walau demikian pengujian rambut memiliki beberapa properti yang berpotensi cocok untuk populasi berisiko sedang.
Ini memiliki jendela deteksi diperpanjang sekitar 1 bulan per setengah inci rambut. Dengan demikian, bagian rambut sepanjang 1,5 inci menangkap jendela penggunaan obat selama 90 hari.
Keunggulan lain dari uji folikel rambut ini termasuk sebagai solusi pemeriksaan mereka yang menolak deteksi dengan tes urin. Sebab pengumpulan spesimen mudah, tidak menimbulkan risiko biohazard atau memerlukan penyimpanan khusus untuk menghindari pembusukan, dan kurang intrusif daripada pengumpulan spesimen urin yang diamati.
Mengingat keunggulan ini, tidak mengherankan bahwa beberapa uji klinis intervensi singkat untuk penggunaan narkoba telah mulai menggunakan pengujian rambut sebagai ukuran hasil (Bernstein et al., 2005; Ondersma et al., 2014; Schwartz et al., Dalam siaran pers ).(*)