Find Us On Social Media :

Obat Tradisional Pereda Demam dari Tanaman dan Cara Membuatnya, Tak Kalah Cespleng dari Produk Pabrikan

Obat tradisional dari tanaman obat mudah didapatkan, murah, dan cespleng. Bisa dibuat sendiri.

GridHEALTH.id - Demam adalah sebuah reaksi tubuh yang kerap membuat kita panik.

Kenapa demam disebut reaksi tubuh? Sebab demam bukan penyakit. Demam yang terjadi justru sebuah respon imunitas tubuh saat terjadi infeksi yang menyerang.

Infeksi tersebut bisa disebabkan bakteri, bisa juga virus. Namun, demam yang umumnya terjadi sehari-hari disebabkan oleh virus.

Jadi saat demam, sebaiknya tidak langsung meredakan atau menurunkannya. Tapi biarkan saja, selama tidak membuat hilang kesadaran, tidak memiliki riwayat step, juga masih dikisaran 37-39 derejat celcius.

Cukup penuhi asupan air minum selama demam, dan makan makanan bergizi juga istirahat.

Tapi jika kondisi saat demam lebih serius, lebih parah dari yang disebutkan di atas, demam harus dikendalikan. Misal, hilang kesadaran, tidak bisa tidur, gelisah, tidak mau - bisa minum dan makan, suhu tubuh di atas 39 derejat celcius.

Cara mengandalikan demam selain dengan banyak minum, makan makanan bergizi, dan istirahat, juga mengonsumsi obat.

Obat demam ada obat hasil produksi pabrik farmasi, ada juga obat tradisional.

Obat tradisional ada yang sudah dikemas secara pabrikan, ada juga yang diambil langsung dari tanaman obat dan diolah sendiri.

Nah, obat pereda demam tradisional herbal dari tanaman yang bisa diolah sendiri, alangkah baiknya menjadi langkah pertama untuk kita dan keluarga dalam mengendalikan demam.

Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat ini, menurut dr. Adji Suranto, SpA, dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT DKI Jaya), saat diwawancara oleh Tabloid Nakita, tak kalah ampuhnya sebagai pengusir demam.

Malah, menurutnya obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu toksitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia.

Jadi, relatif lebih aman, dan bahkan tidak ada efek sampingnya bila penggunaannya benar.

Soalnya, kandungan tanaman obat bersifat kompleks dan organis, sehingga dapat disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak.

Selain itu, harganya pun lebih murah.

Inilah beberapa pilihan obat penurun panas tradisional yang dapat dicoba.

Penting diperhatikan, dosis yang tercantum pada ramuan berikut adalah dosis untuk orang dewasa.

Bila ingin diberikan kepada anak, bacalah aturan dosis bagi anak dan sesuaikan dengan tingkatan usianya.

Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans)

Memiliki kandungan senyawa minyak atsiri yaitu sekuiterpenketon yang bermanfaat untuk menurunkan panas. Umumnya yang digunakan adalah rimpangnya; warnanya putih kekuningan, rasanya pahit.

Caranya:

Cuci bersih 10 g umbi lempuyang emprit. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata.

Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Campur dengan 2 sendok makan (sdm) madu bunga kapuk, aduk rata. Berikan 3 kali sehari.

Kunyit (Curcuma longa)

Memiliki kandungan minyak atsiri, curcumin, turmeron dan zingiberen yang dapat bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi (anti-peradangan).

Selain sebagai penurun panas, campuran ini juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Umumnya yang digunakan adalah rimpangnya; warnanya oranye.

Caranya:

Cuci bersih 10 g umbi kunyit. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Tambahkan dengan perasan 1/2 buah jeruk nipis. Campur dengan 2 sdm madu bunga kapuk, aduk rata. Bagi menjadi 3 bagian campuran madu dan kunyit ini, kemudian berikan 3 kali sehari.

Sambiloto (Andrographis paniculata)

Seluruh bagian tanamannya dapat digunakan. Memiliki kandungan andrografolid lactones (zat pahit), diterpene, glucosides dan flavonoid yang dapat menurunkan panas.

1991 pernah diadakan penelitian di Thailand bahwa 6 g sambiloto per hari sama efektifnya dengan parasetamol.

Caranya:

Rebus 10 g daun sambiloto kering, 25 g umbi kunyit kering (2,5 ibu jari), dan 200 cc air. Rebus hingga mendidih dan airnya tinggal 100 cc, kemudian saring. Setelah hangat, tambahkan 100 cc madu bunga kapuk atau mahoni, aduk rata. Bagi menjadi 3 bagian, berikan 3 kali sehari.

Pegagan (Centella asiatica L.)

Tumbuhan yang dikenal pula dengan nama daun kaki kuda ini, tumbuh merayap menutupi tanah. Daunnya berwarna hijau dan berbentuk seperti kipas ginjal. Memiliki kandungan triterpenoid, saponin, hydrocotyline dan vellarine. Bermanfaat untuk menurunkan panas, revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh.

Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan, menambah tenaga dan menimbulkan selera makan.

Caranya:

Rebus 1 genggam pegagan segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.)

Penampilan temulawak menyerupai temu putih, hanya warna bunga dan rimpangnya berbeda. Bunga temulawak berwarna putih kuning atau kuning muda, sedangkan temu putih berwarna putih dengan tepi merah.

Rimpang temulawak berwarna jingga kecokelatan, sedangkan rimpang bagian dalam temu putih berwarna kuning muda.

Temulawak memiliki zat aktif germacrene, xanthorrhizol, alpha betha curcumena, dan lain-lain. Manfaatnya sebagai antiinflamasi (antiperandangan), antibiotik, serta meningkatkan produksi dan sekresi empedu.

Temulawak sejak dahulu banyak digunakan sebagai obat penurun panas, merangsang nafsu makan, mengobati sakit kuning, diare, mag, perut kembung dan pegal-pegal.

Caranya:

Cuci bersih 10 g rimpang temulawak. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Campur dengan 2 sdm madu bunga kapuk, aduk rata. Bagi menjadi 3 campuran madu dan temulawak, kemudian berikan 3 kali sehari.

Bawang merah (Allium cepa L.)

Bawang merah sering digunakan sebagai bumbu dapur. Memiliki kandungan minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin.

Caranya:

Kupas 5 butir bawang merah. Parut kasar dan tambahkan dengan minyak kelapa baru secukupnya, lalu balurkan ke ubun-ubun dan seluruh tubuh.

Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

Selain daun kembang sepatu, Anda juga dapat memanfaatkan daun kapuk atau daun sirih. Kembang sepatu mengandung flavonoida, saponin dan polifenol. Daun kapuk mengandung flavonoida, saponin dan tanin. Daun sirih mengandung flavonoida, saponin, polifenol dan minyak atsiri.

Caranya:

Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap bersih, panaskan sebentar di atas api agar lemas. Remas-remas sehingga lemas, olesi dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut dan kepala.

Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Tinggi tanamannya mencapai 1 meter, tumbuh liar, daunnya berbentuk bulat tergolong daun majemuk bersirip genap.

Seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan. Memiliki kandungan lignan, flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tanin, vitamin C, dan lain-lain. Bermanfaat untuk menurunkan panas dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Caranya:

Rebus 1 genggam meniran segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

Air kelapa muda

Air kelapa muda banyak mengandung mineral, antara lain kalium. Pada saat panas, tubuh akan mengeluarkan banyak keringat untuk menurunkan suhu tubuh.

Nah, untuk menggantikan keringat yang keluar, perbanyaklah minum air kelapa.

Dosis aman untuk anak:

1. Usia 2-5 tahun 1/4 dosis dewasa

2. Usia 6-9 tahun 1/3 dosis dewasa

3. Usia 10-13 tahun 1/2 dosis dewasa

4. Usia 14-16 tahun 3/4 dosis dewasa.(*)