GridHEALTH.id - Dulu wabah DB atau demam berdarah dengue hanya muncul di musim pancaroba, peralihan dari musim kering ke penghujan.
Baca Juga: Musim Kemarau Waspadai Demam Berdarah, Segera Bersihkan Tempat Persembunyian Nyamuk
Namun, sekarang ini di musim panas atau kemarau pun, kita perlu waspada agar tak terjangkit penyakit tersebut. Berbagai upaya pencegahan pun dilakukan misalnya dengan melakukan fogging, istirahat cukup, 3M plus, dan lainnya.
Hanya saja kadangkala serangan demam berdarah dengue (DBD) tak dapat terhindarkan. Selain cara pencegahannya, kita juga wajib paham tentang penyakit ini termasuk dengan fase-fase berbahayanya DBD.
1. Fase demam
Dokter Mulya Rahma Karyanti, Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI , seperti dikutip dari CNN Indonesia (31/01/2019) mengatakan pasca gigitan nyamuk demam berdarah, orang tak akan langsung mengalami gejala DBD.
Biasanya masa inkubasi kurang lebih tujuh hari hingga muncul gejala. Muncul panas tinggi mendadak, ini terjadi terus-menerus selama dua sampai tujuh hari,.
Panas tinggi atau demam biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, sakit perut dan nyeri pada ulu hati.
Baca Juga: Obat Anti Mabuk, Diminum Sebelum atau Saat Perjalanan? Ini Jawaban Ahli
2. Fase kritis
Setelah melalui fase demam, suhu tubuh pasien akan berangsur menurun dan kondisi tubuh mulai membaik. Kondisi ini bukan berarti pasien sudah sembuh. Justru pasien memasuki masa kritis.
Caregiver atau perawat tak boleh abai dan membiarkan pasien beraktivitas seperti biasa. Pasien perlu dipantau dan bila perlu dibawa ke rumah sakit terdekat.
Baca Juga: Jalan Kaki Setelah Makan Selama 15 Menit, Bantu Turunkan Berat Badan
Jika dibiarkan bisa terjadi manifestasi pendarahan seperti pendarahan pada hidung dan gusi, berak darah, muntah darah. Karyanti menjelaskan kondisi sedikit berbeda akan dialami anak. Pada anak, fase kritis bisa disertai dengan dehidrasi.
"Orangtua harus memerhatikan asupan cairan buat anak. Cairan ini bisa susu, jus buah, apa pun. Dan jangan lupa perhatikan keluaran cairan atau urine. Kalau anak pipis tidak teratur padahal asupan cairan banyak, harus segera dibawa ke rumah sakit," ujar Karyanti.
Karyanti tidak menekankan pada konsumsi jus jambu biji. Menurutnya sebaiknya pasien tercukupi kebutuhan asupan cairannya.
Dia berkata pernah ada penelitian tentang manfaat jus daun jambu biji terhadap penyakit DBD tetapi belum terbukti.
Baca Juga: Heat Stroke, Sengatan Panas di Musim Kemarau yang Bisa Memicu Kematian
3. Fase penyembuhan
Ketika masa kritis sudah berhasil dilewati, umumnya pasien merasakan demam tetapi tak perlu khawatir sebab pasien memasuki masa penyembuhan. Pasien harus tetap diberi asupan cairan.
berangsur trombosit akan naik, nafsu makan kembali normal, penurunan rasa nyeri dan fungsi diuretik membaik. (*)