Find Us On Social Media :

Bukti Sayangnya dr Soeko Kepada Masyarakat Papua, Karenanya Almarhum Disayangi Masyarakat Pedalaman, Kepergiannya Membuat Dokter Eksodus dari Wamena

dr Soeko Marsetiyo yang disayangi dan dekat dengan masyarakat pedalaman di Papua.

GridHEALTH.id – Berita mengenai meninggalnya dr Soeko Marsetiyo (53) disesalkan membuat dunia medis, khususnya dokter Indonesia, bersedih.

Baca Juga: Skoliosis Bisa Berujung Kecacatan Hingga Kematian, Ketahui Tanda-Tandanya Pada Anak

Apalagi dr Soeko meninggal dunia mengenaskan dengan luka bakar dan bacok di kepala.

Pembunuhan ini sudah menghentikan pengabdian dr Soeko Marsetiyo untuk masyarakat pedalaman Papua.

Pembunuhan ini menyebabkan pasien-pasiennya yang sakit menjadi tidak tertolong.

Karena kejadian ini menurut dr.Ari F Syam, Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI), dalam tulisannya di Kompasiana (28 September 2019   22:20) mengatakan, peristiwa pembunuhan oleh para perusuh yang menjadi viral itu tentunya bisa melemahkan mental dokter-dokter lainnya untuk bekerja di daerah, khususnya di daerah konflik.

Terbukti beberapa dokter yang bekerja di Wamena melakukan eksodus keluar dari sana.

Padahal di Kabupaten Jayawijaya sendiri masih sangat kekurangan dokter.

Masih menurut dr Ari, “Saya sangat menyesalkan dan mengutuk peristiwa pembunuhan terhadap dokter yang sudah 15 tahun bekerja di Papua ini. Sebelum di Wamena, ia sempat pula bekerja di Tolikara sejak 2013.”

Baca Juga: Bangga Bisa 'Main' 8 Ronde dalam Sehari Bareng Galih Ginanjar, Rekan Barbie Kumalasari Berikan Sinyal Hubungan Keduanya, Ceraikah?

Dalam keterangan pers di Mapolda Papua Kamis (26/9), melansir pospapua.com (26 September 2019, 19:42) mengenai kronologis meninggalnya dokter yang dekat dan disayangi masyarakat Papua pedalama,  terungkap dr Soeko meninggal dunia akibat tindakan brutal massa anarkis yang berunjuk rasa.

Polisi pun menemukan luka bacok  senjata tajam pada bagian kepala yang diduga menjadi penyebab kematian sang dokter.

Bahkan, dr Soeko juga mengalami luka bakar. “Dugaan meninggal pada hari Senin, 23 September 2019, saat aksi anarkis. Ditemukan luka bacok di kepala dan luka bakar,”  terang Kamal saat menjelaskan kepada awak media di ruang Media Center Polda.

Mantan Wakapolresta Depok ini pun menceritakan, posisi jenazah dr Soeko saat ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di Wamena. Menurut keterangan saksi, dr Soeko dibunuh saat terjebak  dalam perjalanan ke Wamena dari tempat tugas pengabdian di Tolikara.

“Dari keterangan saksi, beliau meningggal di lokasi saat perjalanan dari Tolikara. Dia terjebak dalam situasi di Wamena, kemudian dieksekusi (bunuh) para pelaku kekerasan saat itu,” beber Kamal.

Baca Juga: Jangan Sepelekan Pundak yang Tinggi Sebelah, Bisa Jadi Tanda Skoliosis Atau Kelainan Tulang Belakang

Menurut dr.Ari yang menanggapi kematian dr Soeko saat bertugas, “Pengaruh alkohol tidak bisa menjadi alasan untuk dengan mudah menghilangkan nyawa orang,” tulisnya di Kompasiana.

“Ketika melakukan penyerangan pada seseorang, Anda harusnya ingat-ingat lagi, jangan-jangan yang diserang adalah dokter yang pernah menyelamatkan jiwanya atau anggota keluarganya,” lanjutnya.

Mengenai keberadaan dr Soeko di Papua, melansir Kompas.com (28/09/2019, 10:24 WIB), adik dokter Soeko Marsetiyo, Endah Arieswati menceritakan, lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, kakaknya (Soeko Marsetiyo) memilih ditempatkan di Papua.

"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), Dia (dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat.

Endah menyampaikan, seingatnya, kakaknya mendapat masa bakti di Papua selama dua tahun.

Setelah selesai masa baktinya, sambung Endah, kakaknya tidak lantas memilih tugas di kota, justru memilih untuk mengabdikan dirinya di Papua.

Baca Juga: Punya Peranan Penting, Ternyata Begini Sejarah Dari Mobil Ambulans

"Setelah selesai masa bakti, kalau teman-teman yang lain itu kan biasanya terus mencari ke kota. Tetapi, dia keukeuh meminta untuk tetap di Papua lokasinya."

Keluarga pernah menanyakan kepada dr. Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua. Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.

"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar. Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya almarhum dr Soeko semasa hidup.

Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.

Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.

Sehari sebelum kejadian, lanjut Endah, kakaknya sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.

Baca Juga: Melenggang ke Senayan Bergaji Rp 136 Juta, Mulan Jameela Sempat Pendam Rapat-rapat Kematian Anak Ahmad Dhani

"Sehari sebelumnya itu ternyata dia sempat mengirimkan SMS ke beberapa om (paman) dan tante. Isinya potongan ayat Kursi, kita tidak mengerti maksudnya apa, terus tiba-tiba dengar kabar seperti ini," ujarnya.

Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkolosis dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua dr Beeri Wopari mengatakan, dokter Soeko Marsetiyo bertugas di Tolikara sejak tahun 2013.

"Lebih banyak bertugas di Puskesmas, artinya di daerah terpencil, kurang lebih dua jam dari ibu kota kabupaten. Dua jam itu dengan medan yang berat dan beliau lebih banyak di sana, tetapi memang pilihan beliau tugas di pedalaman," ungkapnya.

Disampaikannya, di tempat tugasnya, dokter Soeko Marsetiyo sangat dekat dengan masyarakat.

"Beliau ini sangat disayangi oleh masyatakat di sana. Kita tenaga kesehatan masih sangat kurang, terutama di daerah-daerah pedalaman, jadi dengan beliau berpulang tentu untuk mengisi tenaga dokter kembali itu tidak mudah," ujarnya.(*)