Bila muncul gejala tersebut, oleh dokter akan dilakukan tes darah, jika hasilnya negatif padahal ibu menunjukkan gejala tifus, tes bisa diulang sambil menunggu biakan kuman. Diagnosis tifus tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata.
Baca Juga: Diare dan Muntah Setelah Berhubungan Badan, Ternyata Ini Penyebabnya
Beberapa penelitian melaporkan bahwa infeksi ini dapat menyelinap ke dalam plasenta sehingga memengaruhi kesehatan bayi.
Menurut sebuah penelitian terbitan Journal of Obstetric Medicine, tifus saat hamil bisa meningkatkan risiko keguguran atau melahirkan bayi yang juga mengalami demam tifoid.
Tifus saat hamil juga diperkirakan dapat meningkatkan risiko melahirkan prematur dan bayi dengan berat badan rendah.
Ibu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15% atau lebih. Janin yang dikandungnya, berpeluang sekitar 60-80% gugur atau lahir prematur. Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi.
Ibu yang mengalami infeksi saat melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa menular, namun setelah sembuh bisa segera menyusui bayinya lagi.
Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum obat antibakteri.