Pada seminar media ini juga seorang survivor kanker Limforma Hodgkin sempat menceritakan kisah sembuhnya dari salah satu kanker ganas ini.
“Perjalanan penyakitku berawal tahun 2013, awalnya dari sakit demam tinggi dan muncul benjolan kecil di leher, terus aku didiagnosis sakit TBC, pengobatannya pun jadi salah dan kondisi aku semakin memburuk." ujar Intan Khasanah, survivor kanker Limfoma Hodgkin.
Sehingga membuat Intan justru mendapatkan benjolan di leher semakin membesar dan sesak di dada.
"Benjolan di leher membesar dan sesak di dada, terasa lemas, dan kelelahanekstrim. Setelah dilakukan pengangkatan benjolan di leher, diagnosa aku akhirnyaditegakkan bahwa saya terkena Kanker Limfoma Hodgkin stadium 4.” tambahnya.
Akhirnya Intan Khasanah menjalani beberapa pengobatan medis hingga tahun 2019 sebanyak 26 kali kemoterapi.
Itu dibagi menjadi 6 regimen kemoterapi ABVD, lalu diulang kembali karena yang sebelumnya kurang maksimal.
Lalu 1 kali dilakukan pemeriksaan regimen kepoterapi DHAP, radiasi, dan operasi.
"Setelah itu semua penyakitku masih kambuh dan akhirnya periksa CD30, hasilnya hodgkin limfoma saya CD30 positif, sehingga bisa diberikan targeted therapy terkini brentuximab vedotin" kenang Intan.
Intan pun sudah dinyatakan remisi total setelah 9 kali berobat dengan BV atau inovatif baru yang dibawa oleh Takeda Indonesia untuk dunia medis tanah air.
"Efek yang dirasakan juga lebih minim dibandingkan dengan obat kemoterapi sebelumnya,” terangnya.
“Untuk para pejuang kanker, jika memang diagnosa sudah ditegakkan, jalani saja pengobatannya sembari tetap melakukan aktivitas seperti biasa sesuai kemampuan karenakanker bukan akhir dunia."
"Justru kanker adalah tanda bahwa kamu spesial dan kuat untuk mampu melawan dan menaklukkannya,” pungkas Intan.