Find Us On Social Media :

Hari AIDS Sedunia 1 Desember: Aktor Ini Jadi Orang Pertama di Indonesia yang Berani Terbuka Dirinya Kena HIV/AIDS, Meninggal Setelah 3 Tahun Berjuang Lawan Virus Mematikan

Didi Mirhad adalah selebriti Indonesia pertama yang berani terbuka bahwa dirinya pengidap HIV/AIDS

GridHEALTH.id - Berdasarkan data UNAIDS, pada akhir 2018, sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS.

Baca Juga: Tragis, Pulang Dari Rumah Sakit, Bayi Ini Malah Tertular HIV/AIDS

Masih banyak orang yang tidak dapat mengakses layanan pencegahan HIB karena adanya diskriminasi, kekerasan, cemoohan dan kekerasan.

Selama ini informasi seputar HIV/AIDS dinilai banyak kalangan tidak adil karena selalu menyudutkan Odha dan menghubung-hubungkan mereka dengan sikap moral.

Berita tentang HIV tenggelam dalam pemberitaan yang dikemas dengan moral sehingga faktanya hilang.

Penularan HIV tidak diuraikan dengan objektif, tapi dihubungkan dengan perilaku dan norma. Akibatnya, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) pun mendapat stigma (cap negatif) dan masyarakat menjauhi mereka. Stigma ini masih berlaku sampai sekarang.

Jadi bisa dibayangkan ketika 20 tahun lalu, Didi Mirhad dengan berani memberitahukan pada khalayak bahwa dirinya sakit karena terserang HIV/AIDS.

Baca Juga: Terapi Garang Arang, Buang Kolesterol Jahat Lewat Telapak Kaki yang Diasapi Hawa Panas

Didi Mirhard adalah, mantan anggota tim bayangan sofball Indonesia yang juga menjadi model, bintang sinetron, iklan dan tarik suara.

Didi mencapai masa jaya dalam dekade 90'an. Namun ketenaran yang dia terima membawa dia larut dalam gemerlap dunia selebritis.

Baca Juga: Dua Balita Tewas Karena Makan Jelly, Kelihatannya Kenyal, Tapi Bisa Nyangkut di Tenggorokan

Tanpa disadarinya suatu bahaya mengancam hidupnya. Penyakit AIDS yang dia derita selama 3 tahun telah membawanya berpulang menghadap yang Kuasa.

Keberanian Didi mengungkapkan penyakitnya adalah untuk menumbuhkan awareness bahwa HIV/AIDS bisa menyerang siapa saja dan mengimbau mereka yang berisiko untuk melakukan tes  darah. 

Didi sendiri pernah ditampilkan sebuah LSM yang bergerak dalam advokasi HIV/AIDS di Jakarta dalam suatu bincang-bincang dengan murid-murid SLTA di Taman Ria Senayan, Jakarta Pusat untuk menumbuhkan kepedulian ini.

 

Tentang penyakit Didi, dalam suatu tabloid hiburan kala itu, Ollyanda, kakaknya, mengenang apa yang dialami adiknya, Didi Mirhard.

Suatu saat di bulan November, Didi sakit panas dan tidak mau berhenti hingga akhirnya dia dirawat disebuah rumah sakit.

Baca Juga: Sakit Kepala Setiap Usai Berhubungan Intim Ternyata Karena Ini

Tidak puas dengan pelayanan yang ada Didi minta dipindahkan ke rumah sakit Cinere.

Disinilah dokter melakukan observasi atas darah Didi. Darah Didi dibawa ke laboratorium RSCM dan akhirnya diketahui bahwa Didi telah terinfeksi HIV+.

Baca Juga: Lagi Soal BPJS Kesehatan, Menteri Terawan 'Tuding' Rumah Sakit Banyak Gelembungkan Biaya di Tindakan-tindakan Ini

Saat itu keluarga tidak mau memberitahukan hal ini pada Didi sampai akhirnya dia mengetahui hal ini dengan sendirinya.

Dalam kaitan status HIV Didi, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang pernah merawat Didi mengatakan, penetapan sakitnya Didi (HIV/AIDS) adalah berdasarkan hasil pemeriksaan darah.

"Jadi, status HIV itu merupakan hasil diagnosis yang sangat logis karena ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium (tes HIV) sesuai dengan standar prosedur operasi yang lazim dalam dunia medis," katanya di sebuah stasiun televisi kala itu.

Untuk diketahui, dokter Samsuridjal adalah juga salah seorang pendiri Yayasan Pelita Ilmu, suatu yayasan yang bertujuan memberikan penyuluhan dan dukungan bagi orang-orang dengan penyakit HIV/AIDS (ODHA).

Sampai hari ini belum ada vaksin HIV dan obat anti-AIDS, tapi kondisi ini bukan tanpa jalan ke luar bagi  ODHA.  

Baca Juga: Demam Bisa Menjadi Penanda Kehamilan, Begini Cara Mendeteksinya

Bila rutin minum  obat antiretroviral (ARV) mereka  setidaknya sudah bisa kembali beraktivitas, produktif bekerja, dan hidup bersama keluarga dengan aman.

Penggunaan obat ini dilakukan dengan cara mengonsumsi beberapa obat ARV yang digabungkan alias kombinasi atau disebut terapi antiretroviral (ART).

Baca Juga: Maia Estianti Percaya Terapi Alternatif Al-Fashdu, 'Darah Deras Mengucur, Gokil!'

Sejauh ini, terapi pengobatan inilah yang paling memungkinkan membuat sistem kekebalan tubuh ODHA tetap sehat.

Selain obat, dukungan, baik dari keluarga, teman dan relawan ada pula ‘obat’ yang dapat membantu menguatkan diri ODHA.

Salah satu ‘obat’ yang dapat membantu ODHA agar mereka tetap merasa ‘hidup’ adalah akses ke informasi.  

Baca Juga: Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI

Keberanian Didi Mirhad mengungkapkan penyakitnya adalah salah satu terbukanya akses informasi terhadap penyakit ini. Semoga Didi tenang bersamaNya. (*)