GridHEALTH.id - Penyebaran infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) bisa menyerang siapa saja tak terkecuali anak-anak dan bayi sekalipun.
Bahkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia seperti dikutip dari idai.or.id menunjukkan bahwa sekitar 3 % dari Orang Dengan Penderita HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia adalah anak-anak berusia di bawah 14 tahun.
Temuan ini menunujukan bahwa masih kurangnya kesadaran dari setiap individu dalam memahami penyebaran infeksi HIV ini bisa terjadi pada anak dan bayi.
Padahal jika infeksi HIV sudah masuk pada kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), maka tubuh orang tersebut akan sangat sulit melawan infeksi, sesederhana virus influenza karena sistem imunnya rusak.
Mereka juga lebih rentan terkena tuberkulosis, radang paru, jamur, dan infeksi lainnya.
Kondisi ini tentu akan sangat membahayakan terutama jika dialami oleh anak-anak.
Penting bagi setiap orangtua memahami akan penyebaran virus HIV ini agar terhindar dari penyakit AIDS ini.
Baca Juga: Mengenal Terapi Al-Fasdhu Yang Disebut Bisa Mengobati Berbagai Penyakit, Ini Menurut Medis
Umumnya, HIV menular karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti gonta-ganti pasangan seks.
Terkait penyebaran HIV pada anak, hal ini sebagian besar terjadi akibat penularan infeksi vertikal yaitu melalui ibu pada saat kehamilan, proses kelahiran, dan melalui air susu ibu/ASI.
Sementara itu, sisanya tertular melalui jarum yang terkontaminasi, transfusi darah, atau kekerasan seksual dari orang dewasa yang terinfeksi HIV.
Baca Juga: Anaknya Jadi Korban Bully, Benazir Endang Mantap Ingin Cerai Dengan Limbad ; 'Saya Menyesal'
Untungnya, anak yang terinfeksi HIV dan mendapatkan pengobatan teratur sejak dini dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik terhindar dari AIDS.
Namun tentu dengan catatan infeksi HIV tersebut harus bisa di deteksi sejak dini.
Jika infeksi HIV tidak dapat terdeteksi sejak dini, sistem kekebalan tubuh anak pastinya akan mulai terganggu dan timbul gejala-gejala dari infeksi oportunistik.
Beberapa infeksi oportunistis yang sering diderita anak terinfeksi HIV adalah tuberkulosis, infeksi jamur terutama di saluran cerna, diare persisten yang dapat disebabkan berbagai infeksi bakteri, pneumonia (radang paru ) berat, infeksi telinga kronik, ataupun sepsis (infeksi berat).
Akibat dari infeksi yang berulang, timbulah masalah nutrisi, yang membuat anak dapat menderita gizi kurang bahkan gizi buruk.
Itulah mengapa kebanyakan anak atau bayi yang terdeteksi HIV ditemukan pertama kali dalam keadaan gizi buruk, diare persisten, tuberkulosis, dengan jamur di daerah mulut dan saluran cerna.
Demi meminimalisir kejadian tersebut, para orangtua harus mulai mengenali gejala HIV yang muncul pada anak ni.
Meski setiap anak yang terinfeksi HIV bisa memunculkan gejala yang berbeda-beda dan bergantung usia, berikut beberapa gejala umum yang akan timbul ketika anak terinfeksi virus HIV berdasarkan usianya :
Bayi
- Tumbuh kembang anak terhambat.
- Perut membesar karena adanya pembengkakan pada hati dan limpa.
- Mengalami diare dengan frekuensi yang tidak menentu.
- Sariawan akibat infeksi jamur pada mulut anak yang ditandai dengan bercak-bercak putih di rongga pipi dan lidah.
Anak
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga) membengkak.
- Sering mengalami infeksi sinus dan telinga.
- Mengalami gatal dan terdapat ruam pada kulit.
- Pembengkakan perut akibat membengkaknya hati dan limpa anak.
Jika anak mengalami gejala-gejala di atas, ada baiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth