GridHEALTH.id - Penyanyi dangdut Aida Saskia bikini heboh dunia maya. Pelantun "Ayam Jago" itu melakukan percobaan bunuh diri dan disiarkan langsung melalui Instagram.
Saat live Instagram, Aida Saskia melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum cairan pembersih kaca.
Sontak, warganet yang menyaksikan aksi konyol itu pun dibikin panik. Warganet yang ikut menyaksika live Instagam itu pun mencoba memperingatkan Aida Zaskia untuk tidak melakukan aksi nekat tersebut.
"Jangan teh, ya Allah," kata seorang warganet.
"Wah makin nggak jelas. Ingat, mati bukan bikin selesai," komentar warganet yang lain.
"Kakak Aida, dek memohon sangat bahwa salat kakak, jangan putus asa kayak gitu. Bisa diselesaikan masalah kayak gini," timpal yang lain.
Baca Juga: Pantas Tanaman Ini Dibilang Dewa dan Penyambung Nyawa, Sembuhkan Kanker Hingga Diabetes!
Tapi untungnya, dikutip dari suara.com ketika mencoba mengklarifikasi kabar percobaan bunuh diri tersebut, jawaban dari Aida Saskia cukup melegakan namun mengejutkan.
Meski singkat, artis 34 tahun itu mengaku aksinya melakukan percobaan bunuh diri hanya prank.
"Prank sayang. Hahaha," kata Aida Zaskia.
Baca Juga: Tips Mengatasi Sembelit, Dari Konsumsi Buah Hingga Minum Bakteri
Apa yang dipikirkan Aida dengan prank model beginian yang jelas-jelas berbahaya? Bukankah dia mempunyai fans atau follower yang cukup banyak? Tidakkah ia menyadari dampaknya bagi para pengikutnya itu? Terutama efek copy cat atau meniru?
Mengutip pernyataan Psikiater dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ yang menulis sidang doktoralnya tentang bunuh diri, banyak bunuh diri atau percobaan bunuh diri sebenarnya bukan buah dari depresi, tetapi adalah ajang cari perhatian. Ini yang lebih dikhawatirkan. Apalagi sengaja diviralkan di media sosial.
"Yang bahaya kalau dia cuma attention seeking, tapi temannya mikir it's a movement, it’s a choice, it's cool," ujar spesialis kesehatan jiwa yang akrab dipanggil Noriyu ini dikutip dari Kompas.com (15/07/29)
Belum lagi banyaknya situs atau forum diskusi di internet yang mengajarkan soal bunuh diri. Informasi semacam itu bisa didapat dengan mudah.
"Ada bahasa simbolik yang kita belum ketahui. Bisa dikatakan cry for help remaja. Ini katanya lebih banyak terjadi di perempuan karena perempuan konon erat dengan attention seeking, ada kecenderungan ke sana katanya," ujar Noriyu.
Di era media sosial, krisis eksistensi dan pencarian jati diri menjadi masalah kompleks. Kebutuhan ini bisa menjadi masalah berat.
Data WHO Global Estimates 2017 menunjukkan kematian global akibat bunuh diri yang tertinggi berada pada usia 20 tahun, terutama pada negara yang berpenghasilan rendah dan menengah dan di tahun 2016.
WHO mencatat bahwa kematian pada remaja laki-laki usia 15–19 tahun disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kekerasan interpersonal, dan menyakiti diri sendiri. Sementara perempuan disebabkan oleh kondisi maternal dan menyakiti diri sendiri.
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, pada sampel populasi usia 15 tahun ke atas sebanyak 722.329, prevalensi keinginan bunuh diri sebesar 0,8 persen pada laki-laki dan 0,6 persen pada perempuan.
Baca Juga: Dua Bulan Sebelum Meninggal, Michael Jackson Sempat Alami Gangguan Tidur
Selain itu, keinginan bunuh diri lebih banyak terjadi di daerah perkotaan daripada di desa. (*)