Find Us On Social Media :

Akun Andre Maroz Hina Anggota TNI yang Gugur di Papua, Perbuatannya Bisa Merusak Tubuhnya

Hilang empati akun Facebook Andre Maroz yang hina TNI tak sadar hal itu akan meusak tubuhnya.

GridHEALTH.id - Kehilangan empati dan lenyapnya persaan kasih ternyata menjadi tanda seseorang sedang memiliki emosi negatif atau emosional.

Seperti diketahui belakangan ini tegah viral akun Facebook Andhre Marozz menghina prajurit TNI yang satu diantaranya merupakan prajurit Kopassus yang gugur ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.

Bak jauh dari rasa empati dalam postingannya, Andhre Marozz justru menghina prajurit Kopassus yang gugur melawan KKB Papua.

Akibat ulahnya itu, selain membuat warganet geram Andhre Marozz juga kini menjadi buruan kesatuan TNI-Polri.

Baca Juga: Terlalu Sakit Hati, Istri TNI Ini Nekat Bikin Petisi Online Pecat Sang Suami Akibat Nikah Siri dengan Karyawan Dealer Motor

Namun bukannya merasa bersalah, Andhre Marozz justru menantang akan memberikan hadiah Rp 1 miliar bagi siapa saja yang bisa menangkap dirinya.

Sayangnya, belakangan akun Andhre Marozz justru hilang dari Facebook.

Tak khayal, warganet bersikukuh mencari keberadaan Andhre Marozz tersebut yang juga masih jadi buruan TNI-Polri.

Menilik dari sisi medis, ternyata hilangnya rasa empati dan lenyapnya persaan kasih seperti yang dialami Andhre Marozz tesebut bisa disebabkan kondisi emosi negatif yang dimilikinya.

Sebuah penelitian dari Universitas Jenewa pun sempat meneliti bagaimana kondisi emosi ini dapat mempengaruhi reaksi seseorang pada orang yang tengah kesakitan.

Baca Juga: Dinikahi Konglomerat Kaya Raya Tujuh Turunan, Nia Ramadhani Ngaku 12 Tahun Tak Cuci Piring: 'Eh Tapi yang Ngajarin Suster Aku Duluan!'

Dalam penelitiannya, Emilie Qiao-Tasserit memasang alat di kaki seseorang, yang bisa memanas (sebagai sumber sakit).

Sementara kepada sejumlah relawan, peneliti pun mempertonton video yang bernuansa bahagia dan sedih, sembari merekam reaksi otak mereka.

Baca Juga: Vaksin Influenza, Tips Solusi Libur Akhir Tahun Nyaman dan Ekonomis

Hasilnya, mereka yang menonton video sedih, reaksi area otak mereka yang terkait dengan rasa sakit, terhadap mereka yang meraung karena kakinya kepanasan, juga minim.

Bagian otak tersebut: anterior insula dan cortex cingulate tengah, biasanya aktif ketika melihat orang kesakitan atau merasakan sendiri kesakitan.

"Dengan kata lain, emosi negatif bisa membuat otak kita jadi tidak sensitif dengan derita orang lain," jelas Qiao-Tasserit dilansir dari BBC.

Baca Juga: Jangan Mengonsumsi Angkak Bersamaan dengan Jus Jeruk juga Obat Herbal, Memicu Berbagai Gangguan Kesehatan Berbahaya

Padahal memiliki perasaan atau negatif, seperti sedih, marah, dan frustasi, otomatis ini justru akan merusak tubuh yang memilikinya.

Studi lain dari Universitas Penn State membuktikan hal itu melalui penelitian yang melibatkan 220 orang dewasa.

Dimana para peserta studi diminta untuk mencatat bagaimana perasaan mereka secara emosional dan fisik setiap hari dalam kurun waktu dua minggu.

Baca Juga: Jangan Mengonsumsi Angkak Bersamaan dengan Jus Jeruk juga Obat Herbal, Memicu Berbagai Gangguan Kesehatan Berbahaya

Sampel darah peserta juga dicek. Ternyata, semakin sering seseorang merasa negatif, semakin lemah sistem kekebalan tubuh mereka.

Biasanya, ketika seseorang terus menerus bergumul dengan emosi negatif, tubuh mereka merespon dengan cara yang ekstrem dan memprihatinkan.

Baca Juga: Tubuh Kurus Bukan Jaminan Terbebas Dari Kolesterol Tinggi

" Suasana hati negatif, terutama jika marah dan persisten, dikaitkan dengan kadar 'hormon stres' yang lebih tinggi seperti kortisol dan adrenalin," kata Dr Clare Morrison dari MedExpress, sebuah layanan kesehatan di Amerika.

Robert Glatter, asisten profesor kedokteran darurat di Lenox Hill Hospital, mengatakan segala jenis stres akan mempercepat detak jantung dan peningkatan tekanan darah dalam waktu singkat.

"Tingkat peradangan yang lebih tinggi juga bisa menjadi faktor, yang seiring waktu, dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh," ucap Glatter.

Baca Juga: Studi: Lebih Dari 70% Pekerja Wanita di Indonesia Kurang Pengetahuannya Tentang ASI EksklusifMenurutnya, dalam jangka panjang hal ini meningkatkan peluang terkena kanker, penyakit autoimun, atau pun jantung.(*)

 #gridhealthid #inspiringbetterhealth #berantasstunting