GridHEALTH.id - Tak sedikit publik yang geram atas insiden pengemudi mobil Avanza yang menabrak tujuh orang pesepeda di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12) kemarin.
Selain pelaku merupakan seorang pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) yang memakai nakoba, tingkah laku pengemudi usai menabrak pun dinilai sangat tidak manusiawi.
Pasalnya, pelaku yang diketahui bernama Toto Prasetio (43) itu justru tampak masih bisa tersenyum tak berdosa dan tak terjadi apa-apa.
Diwartakan sebelumnya Toto dinyatakan positif konsumsi narkoba jenis ekstasi setelah dilakukan tes dikepolisisan.
Baca Juga: Medina Zein Diamankan Polisi karena Ibra Azhari, Polis Malah Temukan Hal Lain, Positif Narkoba?
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan, Toto Prasetio saat ini statusnya sudah menjadi tersangka.
Ia mengatakan, tersangka sudah mengaku bahwa dirinya mengonsumsi narkotika jenis ekstasi.
"Hasil cek urine tersangka positif mengonsumsi amphetamine, menurut pengakuan tersangka mengonsumsi ekstasi," ujar Yusri Yunus, dikutip dari Kompas.com, Minggu (29/12/2019).
Penyidik Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya akan melakukan penahanan kepada tersangka penabrak tujuh sepeda itu.
"Tersangka akan dilakukan penahanan," ungkapnya.
Polisi telah menyita sejumlah barang bukti kejadian seperti SIM A milik tersangka, STNK Toyota Avanza, satu unit kendaraan Toyota New Avanza dan tujuh unit sepeda.
Seperti kita ketahui, memakai narkoba jenis apapun tidak hanya akan merugikan diri sendiri, tapi orang lain disekitar juga.
Baca Juga: Berita Kesehatan Kecacingan: Minum Obat Cacing Tidak Boleh Makan Jeruk Bali
Dikutip dari Kompas.com, dokter kesehatan jiwa, dr. Andri, SpKJ, FAPM menjelaskan, zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dan ekstasi dapat menyebabkan lonjakan hormon serotonin dan dopamin berkali-kali lipat dari biasanya.
"Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa," jelas Andri.
Orang yang konsumsi sabu akan merasa lebih percaya diri. Namun, efek menyenangkan itu hanya terjadi sesaat.
Namun dari semua itu, efek berbahaya yang sebenarnya akan terjadi adalah kerusakan keseimbangan sistem di otak.
Akibatnya, mereka yang mengonsumsi sabu bisa menjadi lebih sulit mengelola stres.
Penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek gangguan kecemasan di kemudian hari.
Bahkan efek tersebut masih muncul setelah sudah tak lagi konsumsi sabu.
Gejala kecemasan bisa berupa jantung berdebar tiba-tiba, sesak napas, hingga perasaan melayang.
Baca Juga: Obat Anti Nyamuk Bakar Ini Memicu Kanker Paru, Jangan Dipakai Lagi
Hal itu terjadi karena sudah rusaknya keseimbangan sistem hormon serotonin dan dopamin di otak.
Efek lain juga bisa muncul gejala psikotik, seperti ide-ide paranoid. Mereka bahkan jadi rentan depresi.
Melansir duniabebasnarkoba.org, penggunaan narkoba jenis apapun dalam waktu yang lama mengurangi rasa lapar alami, sehingga penggunanya akan mengalami penurunan berat badan yang luar biasa.
Baca Juga: Ingin Dicintai Allah, Artis Serba Bisa Ini Meninggal Dunia Akibat Tumor Otak Usai Shalat Dzuhur
Selain itu, pola tidur juga akan kacau, hiperaktif, rasa mual, delusi kekuasaan, lebih agresif dan sifat lekas marah.
Efek-efek lain yang juga mengkhawatirkan adalah insomnia, kebingungan, halusinasi, kecemasan, paranoia dan lebih agresif. Dalam beberapa kasus, mengalami konvulsi yang dapat berujung kematian.(*)
#berantasstunting