Find Us On Social Media :

Jangan Ragu Ambil Cuti, Studi: Efek Kerja Terlalu Keras Lebih Berisiko Kematian Dini

Cuti turunkan risiko kematian dini

GridHEALTH.id -  Demi memenuhi kebutuhan hidup, seseorang pasti akan bekerja keras.

Tak ayal, terkadang kita lupa waktu untuk bekerja dari pagi sampai sore hari, bahkan hingga lembur sampai malam demi kelangsungan hidup.

Baca Juga: Seorang Ayah Rela Berhenti Merokok dan Berhasil Menabung Hingga Rp20 Juta Lebih Demi Ajak Liburan Keluarganya!

Saking kerasnya bekerja, kita terkadang lupa untuk meluangkan waktu barang sejenak untuk liburan atau sekedar bersantai.

Kerja keras memang penting untuk kelangsungan hidup.

Tapi, kita tak boleh lupa, pikiran dan tubuh kita juga perlu istirahat.

Baca Juga: Memakai Hand Cream Tak Hanya Urusan Wanita, Pria Juga Wajib Pakai Karena Alasan Ini

Berdasarkan riset terbaru terungkap sebuah kesimpulan, mengambil cuti mungkin dapat membantu seseorang hidup lebih lama.

Tak tanggung-tanggung, riset dilakukan selama 40 tahun, dan menemukan pekerja yang mengambil cuti kurang dari tiga minggu setiap tahun memiliki risiko kematian dini sepertiga lebih tinggi.

Tentunya, hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang mengambil cuti lebih banyak.

Periset mengatakan, hidup sehat dan olahraga teratur tetap tak bisa menggantikan manfaat istirahat untuk menghilangkan stres dan memperpanjang harapan hidup.

Baca Juga: Berantas Stunting: Diet Ketat pada Wanita Dapat Memicu Stunting, Jangan Sampai Terjadi!

"Gaya hidup sehat tak bisa mengatasi efek kerja terlalu keras, dan tak dapat menggantikan manfaat liburan," kata Profesor Timo Strandberg, dari University of Helsinki di Finlandia.

Menurut dia, liburan bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan stres.

Laman Independent memberitakan, riset ini dimulai pada tahun 1970an dengan melibatkan 1.222 pria paruh baya yang lahir antara tahun 1919-1934.

Semua peserta memiliki risiko terkena penyakit jantung karena beragam faktor, seperti tekanan darah tinggi, merokok, atau kelebihan berat badan.

Separuh dari peserta diberi instruksi untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan berolahraga, menerapkan pola makan sehat, mencapai berat badan ideal, dan berhenti merokok.

Sementara, peserta riset yang lain tak diberi instruksi apa pun.

Hasil riset yang telah dipresentasikan dalam Konferensi European Society of Cardiology, Jerman menunjukkan hal yang mengejutkan.

Baca Juga: Sawo Tanaman Liar yang Dibudidayakan karena Rasanya, Manfaatnya untuk Kesehatan Lebih Berharga dan Banyak

Sebab, mereka yang diberi instruksi untuk melakukan gaya hidup sehat malah menghadapi risiko kematian dini lebih besar.

Menurut peneliti, ini terjadi karena instruksi tersebut mungkin telah menambahkan tekanan ekstra pada hidup mereka.

Peserta yang juga diinstruksikan untuk melakukan gaya hidup sehat dan mengambil cuti kurang dari tiga minggu dalam setahun, 37 persen lebih mungkin untuk mengalami risiko serupa.

"Risiko kematian dini yang disebabkan oleh gaya hidup intensif terkonsentrasi pada laki-laki dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahunnya," papar Profesor Strandberg.

Baca Juga: Merasa Indonesia Bukan Tempat Baik Untuknya, Ibunda Reynhard Sinaga Iba Anaknya Dipukuli Bule: 'Bayangkan Seorang Lelaki Indonesia Kecil Dipukuli Orang Barat'

"Gaya hidup yang penuh tekanan ini mungkin telah mengesampingkan setiap manfaat dari intervensi," kata dia.

Ia menambahkan, intervensi itu pun mungkin mendatangkan efek psikologis yang menambahkan tekanan dalam kehidupan mereka.

Jadi, jangan ragu lagi untuk mengambil jatah cuti demi kesehatan. (*) 

Artikel ini telah tayang di Nakita.id dengan judul Tak Ingin Alami Kematian Dini? Sering-seringlah Ambil Cuti Supaya Panjang Umur!

 #berantasstunting