GridHEALTH.id - Dengan iming-iming belajar kuda lumping, seorang "predator anak" dilaporkan merudapaksa 9 bocah di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
Dilansir dari Kompas.com, NC (26) diduga melakukan tindakan asusila berupa perbuatan sodomi terhadap 9 anak di bawah umur, Kamis (18/1/2020).
Aksi tersebut terungkap saat korban melaporkan kejadian pada pihak keluarga. Pihak keluarga lalu melaporkan ke polisi.
Parahnya, NC tak hanya menyodomi 9 korbannya saja tapi juga merekam setiap adegan yang dilakukan bersama para bocah laki-laki tersebut.
Aksi bejatnya itu dilakukan NC dengan dalih untuk menjadikan video tersebut senjata ancaman pada para korban bila membongkar aksi bejat NC.
“Nggak ada maksud apa-apa. Saya hanya senang ketika merekamnya," katanya.
"Selain itu juga, sebagai senjata kalau mereka mengadu ke orangtua mereka, video ini akan saya sebarkan. Juga ketika saya meminta mereka melakukan hubungan ini, dan mereka menolak, maka saya akan ancam juga akan menyebarkan video ini,” bebernya.
Selain itu, pelaku juga mengaku pernah menjadi korban serupa. “Dulu saya juga pernah jadi korban, sekitar tahun 2009, saat saya baru ikut kursus di BLK Bengkulu,” kata NC.
Terlepas dari pengakuannya itu, apa yang dilakukan pelaku pencabulan tersebut tentu sedikit banyak akan memengaruhi kondisi kesehatan korban baik itu fisik maupun psikis/mental.
Melansir laman Rape, Abuse & Incest National Network, korban sodomi tak hanya mengalami trauma saja melainkan berbagai dampak lain, seperti:
Baca Juga: Usianya 63 Tahun Tapi Disebut Artis Paling Cantik, Sup Jahe Jadi Rahasia Awet Muda
- Kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan gangguan makan.
- Menghindari orang atau tempat yang mengingatkan tentang serangan atau pelecehan seksual.
- Kekhawatiran atau pertanyaan tentang orientasi seksual.
- Takut akan hal terburuk yang terjadi dan memiliki perasaan masa depan.
- Merasa seperti "kurang pria" atau tidak lagi memiliki kendali atas tubuh sendiri.
- Merasa cemas, tidak bisa rileks, dan sulit tidur.
- Rasa bersalah atau malu karena tidak mampu menghentikan serangan atau pelecehan, terutama jika mengalami ereksi atau ejakulasi.
- Mundur dari hubungan atau pertemanan dan perasaan terisolasi yang meningkat.
Baca Juga: Berita Kesehatan Demam; Tips Jitu Ayudia Bing Slamet Tangani Anak Tantrum Akibat Demam
- Khawatir tentang pengungkapan karena takut akan penghakiman atau ketidakpercayaan.
Melihat hal itu, perlu ada pendampingan khusus dan terapi bagi para korban segera setelah kejadian. Namun sayangnya, banyak kasus terungkap ketika korban sudah dewasa, dan berpotensi mengulangi aksi yang sama pada orang lain.
Melihat betapa mengerikannya dampak ini, sejatinya banyak pihak yang sudah mengusulkan untuk menerapkan hukum seberat-beratnya, dari hukuman kebiri hingga hukuman mati bagi para pelaku predator anak dan kekerasan seksual.(*)
#berantasstunting