Find Us On Social Media :

Penyanyi Peraih Grammy Award 2008 Jadi Korban Pelecehan Seksual; Saya Diperkosa, Dibius, dan Disekap, papar Aimee

Penyanyi asal Wales Duffy mengaku menjadi korban pelecehan seksual.

GridHEALTH.id - Pelecehan seksual yang dialami seorang wanita dampaknya tidak bisa dianggap sepele.

Pasalnya dampak dari pelecehan seksual tersebut, tak hanya akan mengganggu kesehatan fisiknya saja tapi juga kesehatan mentalnya.

Baca Juga: Batu Mulia selain Bagus dan Mahal Dipercaya Menyehatkan Pemakainya, Ini Hasil Risetnya

Kondisi ini pun ternyata yang menjadi alasan seorang penyanyi cantik asal Wales, Aimee Anne Duffy menghilang begitu saja setelah merilis albumnya pada 2010 silam.

Padahal saat itu Duffy merupakan salah satu penyanyi yang sangat diperhitungkan dalam industri musik dunia.

Dimana pada tahun 2008, dirinya sempat memenangi penghargaan Grammy Award untuk best pop vocal album.

Dilansir daari Kompas.com (26/02/2020), Duffy akhirnya meceritakan kisah pilunya mengapa ia tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.

Baca Juga: Perut Masih Rata, Nia Ramadhani Tak Sadar Sudah Hamil 5 Bulan

Melalui sebuah unggahan di akun Instagramnya, Duffy mengaku menjadi korban kriminalitas juga pelecehan seksual.

Dirinya mengaku pernah disekap, dibius bahkan diperkosa.

“Anda hanya bisa membayangkan betapa sering saya memikirkan untuk menilis ini. Bagaimana saya menulisnya, perasaan saya setelahnya,” tulis penyanyi yang kini berusia 35 tahun.

Baca Juga: Pembunuhan Melinda Zidemi, Korban Tetap Diperkosa Saat Tengah Haid, Pelaku Bisa Terinfeksi Balantis juga Hukuman Setimpal

Duffy mengakui masih tidak yakin mengapa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengungkap hal itu.

Dia juga tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini karena dia merasa bersemangat dan terbebas untuk mengungkapnya.

“Banyak yang penasaran tentang yang terjadi pada saya, ke mana saya menghilang dan mengapa,” kata Duffy.

Duffy menghilang setelah merilis albumnya pada 2010. Penyanyi yang terkenal dengan lagu “Mercy” itu mengungkap bahwa seorang wartawan menghubunginya tahun lalu.

Sampai akhirnya Duffy memutuskan untuk menceritakan pengalaman buruknya itu.

Duffy mengaku merasa lega setelah akhirnya mengungkap hal tersebut.

Baca Juga: Perut Masih Rata, Nia Ramadhani Tak Sadar Sudah Hamil 5 Bulan

“Sekarang saya aman dan baik-baik saya. Saya diperkosa, dibius, dan disekap selama beberapa hari,” tutur Duffy.

Meski Duffy berhasil melepaskan diri dari penyekapan itu. Namun ia mengaku proses pemulihan dirinya membutuhkan waktu yang lama.

“Tidak ada cara yang mudah untuk mengatakannya. Namun selama satu dekade ini, ribuan hari saya bertekad bisa merasakan lagi cahaya di hati saya. Sekarang matahari itu bersinar lagi,” tutur Duffy.

Menilik dari sisi medis, tentu pengalaman tak mengenakan ini sangat mempengaruhi kesehatan Duffy.

Baca Juga: Batu Mulia selain Bagus dan Mahal Dipercaya Menyehatkan Pemakainya, Ini Hasil Risetnya

Baca Juga: Sempat Terlibat Kasus Pencucian Uang, Model Majalah Dewasa Ini Kembali Diciduk Polisi Karena Narkoba

Melansir dari NCBI, sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademisi dari University College London (UCL) dan staf spesialis dari rumah sakit King's College NHS mengungkapkan fakta mengejutkan.

Empat dari lima korban pelecehan seksual atau pemerkosaan berisiko menderita kesehatan mental yang melumpuhkan mereka beberapa bulan setelah 'penyerangan' terhadap mereka.

Korban akan mengalami kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma dan kondisi serius lainnya empat hingga lima bulan setelah 'diserang'.

Bahkan, para ahli mengatakan bahwa mereka yang menjadi korban pelecehan di masa kanak-kanak bisa menyebabkan masalah kesehatan mental yang dapat bertahan hingga dewasa atau seumur hidupnya.

Baca Juga: Sempat Terlibat Kasus Pencucian Uang, Model Majalah Dewasa Ini Kembali Diciduk Polisi Karena Narkoba

Penelitian ini melibatkan 137 gadis berusia antara 13 dan 17 - usia rata-rata 15,6 tahun - yang diserang antara April 2013 dan April 2015.

Ketika para gadis diperiksa empat hingga lima bulan setelah diserang, 80% dari mereka memiliki setidaknya satu gangguan kesehatan mental. Lebih dari setengah (55%) memiliki setidaknya dua kelainan.

Tidak hanya kesehatan mental saja yang terancam, para korban juga mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami penyakit lain.

Studi tersebut menemukan sejumlah gadis (4%) hamil setelah diserang, 12% memiliki infeksi menular seksual dan 8%  satu dari 12 telah menjadi sasaran serangan seksual lainnya.

Baca Juga: Respon Lucu Pak RT Kepada Tya Ariestya yang Unggah Kunjungannya ke Lokasi Banjir, Sampai Nyebur di Air Sepinggang

Baca Juga: Respon Lucu Pak RT Kepada Tya Ariestya yang Unggah Kunjungannya ke Lokasi Banjir, Sampai Nyebur di Air Sepinggang

Duffy kemudian menjelaskan alasannya memilih tidak menggunakan suaranya untuk menjelaskankan penderitaannya.

“Saya tidak ingin menunjukkan kesedihan di mata saya kepada dunia. Saya bertanya kepada diri sendiri bagaimana saya bisa menyanyi jika hatiku terluka? Perlahan-lahan hatiku sembuh,” kata Duffy.

Dalam beberapa pekan ke depan, Duffy akan mengunggah “wawancara suara”. Di dalamnya akan menjawab berbagai pertanyaan.

Baca Juga: Kehamilan Trimester Pertama Lyra Virna Begitu Berat, Menurut Sang Suami Sedang Payah-payahnya, tapi Tak Absen Makan Rujak

“Saya memiliki cinta suci dan berterima kasih yang tulus atas kebaikan kalian selama ini. Kita sudah berteman. Saya berterima kasih karena itu,” kata Duffy.

Mengakhiri unggahannya, Duffy meminta publik menghormati langkah perlahan yang dia ambil.

“Saya tidak ingin ada yang mengganggu keluarga saya. Tolong dukung saya menjadikan ini sebuah pengalaman yang positif,” pungkas Duffy.

Baca Juga: Kecewa Usai Habis Setengah Miliar Berobat di Indonesia, Ayah Jessica Iskandar Akan Dibawa ke Penang Lagi Usai Jadi Korban Tabrak Lari

 #berantasstunting