GridHEALTH.id - Informasi hoax sudah tentu menyesatkan. Sekarang ini adalah musuh terbesar kesehatan di Indonesia.
Bagaimana tidak, sebagian besar informasi hoax yang beredar sekarang ini mengenai kesehatan.
Sedihnya informasi hoax yang semakin mudah didapatkan masyarakat lewat gadget, sekarang ini banyak dipercaya oleh masyarakat.
Berdasarkan survei dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) 2017, bahwa berita dan informasi kesehatan merupakan hoax nomor satu yang paling banyak disebarkan di Indonesia.
Hal ini tentu perlu diwaspadai, pasalnya dampak dari hoax kesehatan ini tidak bisa dianggap sepele.
Jika hoax tentang politik mungkin bisa memecah belah suatu bangsa, tapi hoax kesehatan justru dapat mengancam jiwa seseorang.
Seperti yang diutarakan seorang dokter asal Washinton DC, Dr. Shilpi Agarwal, dimana hoax bisa membuat seorang pasien menunda perawatan.
“Hoaks sering membuat pasien menunda perawatan dan mengeluarkan uang lebih untuk pengobatan alternatif yang tidak akurat,” ujarnya.
Jika pun berhasil pengobatan dari hoax itu, sudah bisa dipastikan itu hanyalah efek placebo semata.
Diakui Tulus Hutabarat (53), Director sekaligus owner eugenia communications, kepada GridHEALTH.id, penyebaran hoax yang terjadi saat ini sangat mengkhawatirkan.
“Bekerja sebagai konsultan komunikasi di bidang kesehatan selama 20 tahun, memberikan saya insight dan pemahaman tentang dunia kesehatan saat ini,” ujar Tulus.
Baca Juga: Risih dengan Timbunan Lemak di Bawah Dagu? 3 Bahan Alami Ini Ampuh Hilangkan Double Chin
“Bayangkan saja, jika diandaikan dalam bentuk angka perbandingan, mungkin bisa dikatakan 1: 10. Satu fakta yg ditegakkan diserbu 10 hoax. Kalau dari 1 informasi bisa dipercaya 5 juta orang saja misalnya, berarti 50 juta orang terekspose hoax. Nah, bisa dibayangkan kemunduran dan ‘kesesatan’ yang diakibatkan hoax.”
“Contoh baru-baru ini tentang hamil di kolam renang, ini hoax luar biasa yg narsumnya adalah seorang yang bertitel S3. Belum lagi bidang lain, misalnya kanker, yaitu hoax jangan mau biopsi nanti kanker menyebar bahkan meninggal. Padahal tanpa biopsi, bagaimana diagnosa kanker ditegakkan, jenisnya apa, stadium berapa dll," papar Tulus menjelaskan lebih jauh.
Masih menurutnya, "Dalam satu sesi sharing pakar kanker dengan media dalam rangka 20 tahun eugenia communications, terungkap fakta bahwa masih banyak pasien, muda maupun tua, yang tidak mau dibiopsi karena termakan hoax. Dokter memerlukan waktu yang cukup lama untuk menerangkan bahayanya jika tidak dibopsi.”
Tak kalah serunya Tulus memberikan contoh nyata mengenai hoax kesehatan yang banyak beredar, “Ada juga hoax tentang obat-obatan, misalnya tentang hipertensi, seorang pasien berobat kepada orang yang disebut ‘orang pintar’ lalu diberikan 1 obat yang dikatakan bisa cespleng, padahal tidak jelas ingredients dan studi klinisnya. Dalam banyak kasus pasien sudah berobat kemana-mana baru akhirnya menyerah dan berkonsultasi ke dokter saat penyakit sudah berat.”
“Bidang kesehatan menurut saya merupakan salah satu pe er terbesar negara kita. Hoax merupakan noise yang sangat mengganggu dalam pemberian informasi kesehatan. Salah juga kalau kita menyerahkan tugas penegakan fakta hanya kepada dokter atau pemerhati kesehatan saja. Ya itu tadi, laju hoax terlalu cepat, bak mobil balap dikejar dengan city car yang kecepatannya sedang-sedang saja. Jadi itu tugas kita semua, termasuk masyarakat awam,” tukasnya.
“Oleh karena itu,” ia menekankan, “Kami di Eugenia Communications sebagai perusahaan komunikasi kesehatan, sangat berhati-hati dalam mengeluarkan Press Release, informasi yang diberikan sangat lengkap sehingga jika teman-teman media memerlukan data tambahan, sudah tersedia. Tentunya berasal dari narasumber yang kredibel, juga dari jurnal-jurnal yang terpercaya. Press Release yang dikeluarkan, walaupun tampak sederhana dalam 2-3 hal, sebenarnya 'dimasak' dengan persiapan panjang dan teliti sekali.”
“Sebenarnya bahaya apa yg menanti jika kita tidak bersegera menumpas hoax? Yang jelas, proses kemunduran berpikir dan tertanamnya paham yang salah tentang kesehatan”, ujar pria mantan banker ini. Karena ini adalah masalah kesehatan, ya lebih berbahaya sifatnya, yaitu mengancam jiwa. Mengancam kesehatan bangsa ini dan di ujungnya, kemunduran pada generasi selanjutnya. Saya kira sudah perlu giant step u menangkal hoax kesehatan, bisa dilakukan melalui kampanye yang holistik sifatnya, melibatkan semua pihak termasuk Pemerintah, produsen obat, para pakar kesehatan dll. Kalau perlu dimulai dari Sekolah Dasar, tentunya dengan bahasa yang mudah dicerna,” tutupnya.(*)
#berantasstunting