Find Us On Social Media :

Berantas Stunting; Anak Cerdas Dipengaruhi Asupan Gizi yang Baik

Asupan gizi yang baik tak hanya bisa mencegah stunting tapi juga mendukung kecerdasan otaknya.

GridHEALTH.id - Menjaga asupan gizi si Kecil baik itu selama kehamilan maupun pasca melahirkan tak hanya dapat membantu mencegah anak stunting, tapi juga mendukung kecerdasan otak mereka.

Untuk itu, penting sekali bagi para orangtua untuk memberikan gizi yang seimbang untuk anaknya masing-masing.

Terutama saat seribu hari pertama kelahirannya, dimana anak di rentang usia tersebut sangat berisiko mengalami stunting dan merupakan waktu dimana perkembangan otak anak sangat krusial.

Menurut tulisan Prof. dr. H. Fasli Jalal Ph.D., selaku Rektor dari Universitas YARSI di Kompas.com (4/2/2020) perkembangan otak manusia dimulai sejak awal pembuahan dan terus berkembang sampai lahir dan hampir sempurna pada usia dewasa muda.

Sebelum lahir, otak memproduksi sel saraf (neuron) sejak alur saraf dibentuk pada minggu ke-3 dan berkembang cepat seiring usia kehamilan.

Baca Juga: Berantas Stunting: Catat! Penting Ketahui Gejala Stunting Sejak Dini, Agar Anak Tak Tumbuh Kerdil

Baca Juga: Tingkat kematian Virus Corona Enam Kali Lebih Rendah Pada Negara yang Menggunakan Vaksin BCG

Selama dalam kandungan, rata-rata pertumbuhan sel otak sekitar 250.000 per menit sehingga pada saat lahir sudah terbentuk 100 milyar sel saraf.

Dimana antara satu sel saraf dengan sel-sel saraf lainnya dihubungkan oleh sinaps dan setelah lahir pembentukan sinaps ini berjalan sangat cepat dan pada puncak pembuatannya maka dalam satu detik bisa terbentuk 2 juta sinaps.

Hal yang mencengangkan adalah satu sel saraf bisa membuat hubungan sampai dengan 10.000 sel-sel saraf lainnya.

Baca Juga: Riwayat Kesehatan Glenn Fredly Resmi dari Keluarga, Seluruh Anggota Keluarga Mungkin Harus Minum Obat untuk Cegah Infeksi Meningitis

Sel-sel saraf yang telah ada nantinya akan membentuk cabang utama yang disebut akson.

Selain itu, sel saraf juga membentuk percabangan yang lebih kecil lagi yang disebut sebagai dendrit.

Pembentukan dendrit-dendrit amat cepat dan masif.

Fungsi transmisi bioelektrik dari sel saraf disempurnakan dengan dibentuknya mielin yang membungkus akson.

Baca Juga: Wali Kota Tewas Ditembak Setelah Terapkan Lockdown Untuk Cegah Penyebaran Covid-19

Pada periode ini juga terjadi percabangan-percabangan dendrit yang sangat rimbun (wiring).

Sejalan dengan dibentuknya dendrit dalam jumlah yang luar biasa tersebut, pada periode ini terjadi juga pembentukan sinaps berupa hubungan antara dua sel saraf yang dibentuk oleh ujung dari akson satu sel saraf yang menempel ke dendrit dari sel yang lain.

Di pertemuan itu ada celah antara ujung dari akson dan ujung dari dendrit yang disebut dengan sinaps (LeDoux, J, 2002).

Baca Juga: Penularan Meningitis yang Mesti Diwaspadai, Infeksi Yang Dialami Glenn Fredly

Bila dua sel saraf yang telah terhubung melalui sinaps mendapat rangsangan maka kedua sel saraf tersebut secara elektrik aktif.

Dan kalau rangsangan ini terjadi berulang-ulang maka ikatan antara kedua sel saraf ini akan menjadi semakin kuat (cells that fire together wire together).

Untuk menguatkan hubungan antara dua sel saraf agar sel saraf tetap aktif dan kuat diperlukan stimulasi sensori-motorik sehingga menghasilkan hubungan elektrik antara kedua sel saraf tersebut.

Baca Juga: Berantas Stunting : Jangan Sampai Anak Terhambat Cita-citanya Akibat Stunting, Ini Cara Mencegah

Salah satu keistimewaan sel saraf adalah setiap menerima rangsangan atau stimulus baru sel saraf akan melahirkan sambungan baru atau memperkuat sambungan yang sudah ada.

Namun, bila dua sel saraf yang terhubungkan dengan sinaps tidak mendapatkan rangsangan maka sinaps-sinaps tersebut akan mati.

Dengan demikian sangat penting untuk memastikan agar sel-sel saraf dan sinaps-sinaps tersebut menerima rangsangan sehingga berkembang dan tidak mati karena tidak dirangsang (use it or lose it).

Rangsangan pada masa kanak-kanak juga merupakan hal sensitif dan kritikal karena jumlah sinaps yang terbentuk dan aktif merupakan penentu kemampuan literasi, perilaku, dan kesehatannya dimasa depan.

Baca Juga: Dari Anies Baswedan Untuk Ojol Selama PSBB Diberlakukan di Jakarta

Kebutuhan gizi buat pertumbuhan dan perkembangan dibagi atas dua bagian yaitu kebutuhan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak dan kebutuhan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.

Pengaruh zat gizi makro pada struktur anatomi otak bekerja melalui proses pembelahan sel-sel saraf yang akan menentukan jumlah dari sel-sel saraf dan melalui proses pertumbuhannya yang akan menentukan ukuran sel saraf serta melalui proses perkembangan sel-sel saraf menuju terbentuknya sel saraf dengan komponen yang lengkap (akson, dendrit, sinaps, dan komponen lain).

Dalam proses pembelahan, pertumbuhan, dan perkembangan sel-sel saraf ini dibutuhkan energi, protein, dan lemak yang cukup.

Baca Juga: Misteri Penyebab Meninggalnya Glenn Fredly, Miningitis, Ginjal, atau Masalah Pencernaan dan Diet Vegetariannya?

Dalam keseluruhan proses pertumbuhan dan perkembangan otak maka protein-energi menjadi zat gizi makro yang sangat dibutuhkan.

Kekurangan asupan protein-energi pada ibu hamil muda di bawah 24 minggu, akan menyebabkan jumlah sel-sel otak berkurang, sedangkan kekurangan asupan pada protein-energi pada akhir kehamilan akan menyebabkan ukuran sel saraf menjadi kecil.

Kekurangan asupan protein-energi yang berat pada ibu hamil dapat menurunkan berat otak anak sampai 25 persen (Jansen E, 2006).

Zat gizi mikro yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak adalah iodium, asam folat, zat besi, seng, tembaga, vitamin D, vitamin A, vitamin E, vitamin B (B1, B6, B12), cholin, dan vitamin C.

Baca Juga: 6 Cara Ini Bisa Hindari Sembelit di Saat Bulan Puasa Ramadan

Iodium adalah zat gizi mikro yang paling penting dalam mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan intelektual, melambatnya kemampuan psikomotor dan menyebabkan retardasi mental.

Iodium berperan dalam membentuk hormon tiroid yang berfungsi untuk diferensiasi sel saraf, migrasi sel saraf dan pembentukan jaringan antar sel saraf serta dalam pembentukan sinaps.

Asam folat berfungsi untuk pembentukan tabung saraf dan zat besi dibutuhkan untuk pembentukan mielin serta mendukung metabolisme energi di sel saraf.

Adapun vitamin dan mineral lainnya diperlukan untuk membantu pembentukan neurotransmitter, untuk pembentukan dan pengembangan struktur sel saraf dan untuk memproteksi sel saraf dari berbagai ancaman.(*)

Baca Juga: Dokter RSUD Garut Sarankan Stop Hubungan Intim Selama Pandemi Covid-19

 #berantasstunting

#hadapicorona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pengaruh Gizi dan Stimulasi di Usia Dini Pada Kecerdasan Anak