Laporan berupa dokumen yang sempat dirilis WHO itu pertama kali dilaporkan.
WHO mengonfirmasi ada kekeliruan dalam penerbitan draf laporan uji klinis itu.
Dalam dokumen itu, para peneliti di China mempelajari 237 pasien, memberikan obat kepada 158 orang dan membandingkan kondisi mereka (dikasih obat) dengan 79 orang yang tersisa dan menerima pengobatan dengan plasebo.
Setelah satu bulan, 13,9 % pasien yang mengkonsumsi remdesivir meninggal dibandingkan dengan 12,8 % dari mereka yang menerima pengobatan plasebo.
Meski begitu, sebagian ahli penyakit menular mengatakan mereka lebih terdorong oleh uji klinis Amerika Serikat yang dijalankan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular atau National Institute for Allergy and Infectious Disease (NIAID).
Baca Juga: 7 Mei Semua Transportasi Diperbolehkan Beroperasi, Menhub Budi Karya: 'Tapi Tidak Boleh Mudik!'
Lantas apa perbedaan obat corona Remdesivir buatan Amerika Serikat dengan buatan Chna?