Baca Juga: Tidak Disangka, Ternyata Ini Sebabnya Gorengan Paling Dicari Saat Berbuka
Kabar terkini, melansir Intisari.id (13 Mei 2020), foto dr Yi pada 9 Mei menunjukkan tampilannya hampir terlihat seperti dirinya yang dulu.
Prof Duan Jun, wakil direktur Departemen Pengobatan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang, mengatakan tim medis telah memberi Dr Yi dan Dr Hu dengan Polymyxin B, antibiotik pilihan terakhir, selama perawatan mereka.
Dia mengatakan obat itu telah menyebabkan hiper-pigmentasi di tubuh dokter, tetapi kondisi itu akan perlahan-lahan menghilang ketika mereka pulih.
Sebelumnya, para dokter berpikir bahwa warna kulit mereka yang abnormal disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon setelah virus merusak hati mereka.
Keduanya dibawa pertama ke Rumah Sakit Paru Wuhan dan kemudian dipindahkan ke cabang Zhongfa Xincheng Rumah Sakit Tongji, menurut media CCTV.
Baca Juga: Dua Bulan Lockdown, Sepatu hingga Kursi Bioskop Mulai Berjamur, Awas Bahaya Bagi Sistem Pernapasan!
Baca Juga: Bocah SD Melahirkan Saat Menonton Televisi, Ini Bahaya Persalinan di Usia Dini Bagi Ibu dan Bayinya
Dr Yi, seorang ahli jantung, melihat kondisinya membaik setelah dokter mengaitkannya dengan mesin pendukung kehidupan yang disebut ECMO selama 39 hari.
ECMO adalah prosedur pendukung kehidupan drastis yang menggantikan fungsi jantung dan paru-paru dengan memompa oksigen ke dalam darah di luar tubuh.
Berbicara kepada CCTV dari tempat tidur rumah sakit pada 20 April, Dr Yi mengatakan dia sebagian besar sudah pulih.
Dia mengatakan dia bisa bergerak di tempat tidur secara normal, tetapi masih berjuang untuk berjalan secara mandiri.
Dr Yi mengakui bahwa memerangi penyakit mematikan itu membuatnya trauma.
Baca Juga: 7 Keuntungan Memanfaatkan Ampas Kopi, Bisa untuk Scrub Kulit Hingga Selulit dan Melebatkan Rambut