GridHEALTH.id - Diludahi Pria Asing, Seorang Petugas Tiket Kereta Meninggal Dunia Tertular Virus Corona.
Kejadian mengenaskan terjadi pada seorang petugas tiket kereta di Stasiun Victoria, London, Inggris.
Dimana petugas tiket yang diketahui bernama Belly Mujinga tersebut meninggal dunia karena terinfeksi virus corona (Covid-19).
Wanita 47 tahun itu dikabarkan tertular Covid-19 usai diludahi seorang pria asing yang mengaku terinfeksi Covid-19.
Dilansir dari Sky News, kejadian ini bermula ketika Mujinga tengah bertugas bersama rekannya.
Tiba-tiba seorang pria asing menghampiri dan menanyakan apa yang tengah mereka lakukan.
"Kami sedang bekerja," jawab Mujinga dan rekannya.
Mendengar jawaban itu, pria asing tersebut mengaku terinfeksi Covid-19 dan justru meludahi Mujinga dan rekannya.
Baca Juga: Bahaya Sengatan Tawon, Seorang Pria Tewas Karenanya, Ini Ciri Manusia yang Berisiko
Keluarga Mujinga dan rekannya mengatakan kemudian pada Sky News bahwa keduanya saat itu ketakutan karena merasa jiwa mereka terancam dan diminta tidak kembali bekerja keluar ruangan tiket.
Mujinga dan kawannya diminta untuk tetap berada di dalam ruang tiket.
Beberapa hari setelah serangan itu, Mujinga dan rekannya jatuh sakit karena virus corona.
Suami Mujinga, Lusamba Gode Katalay, mengatakan, "Mereka tidak diberi masker ataupun sarung tangan, jadi mereka bisa terpapar begitu saja oleh banyak orang."
Baca Juga: Terungkap, Fakta Dibalik Tangkai Cabai yang Bisa Kurangi Rasa Pedas
"Atasannya, perusahaan, dan negara harus melihat ini," kata Katalay.
Diketahui Mujinga dan rekannya memang tidak memakai alat pelindung diri (APD) saat perisitiwa itu berlangsung.
Pasalnya peristiwa itu terjadi sehari sebelum lockdown akibat virus corona di Inggris dimulai.
Katalay mengatakan, "Saya dan Ingrid (putrinya yang berusia 11 tahun) melihat Belly Mujinga pada 2 April ketika dia pergi ke rumah sakit. Lalu kami tidak melihatnya lagi. Dia dikuburkan dan kami tidak bisa melihatnya."
Baca Juga: Fix, WHO Sebut Virus Corona Tak Akan Pernah Hilang, Sepakat Berdamai Seperti Kata Jokowi?
Belly Mujinga meninggal di rumah sakit Barnet pada 5 April, dua pekan setelah serangan itu.
Keponakannya, Ntumba, mengatakan bahwa keadilan harus ditegakkan.
"Keadilan harus ditegakkan. Ketika peristiwa itu terjadi, bisa saja dia (Mujinga) membawa virus ke rumahnya. Ada suami dan anaknya di sini. Kami bisa kehilangan semuanya. Kami butuh keadilan, jika orang itu tertangkap, dia perlu dihukum untuk Belly."
Dalam kasus ini memang tidak mudah untuk mengatakan bahwa Belly Mujinga tertular virus corona dari insiden meludah yang diterimanya.
Namun, ketika lockdown dikurangi, kematian Mujinga menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi orang yang diminta untuk kembali bekerja.
Setelah kematian Mujinga, keluarganya mengatakan bahwa kematian wanita itu memicu pertikaian baru tentang keselamatan pekerja di garis depan terhadap perlawanan virus.
Para pekerja garda depan yang juga dikenal dengan istilah pekerja kunci (key worker) di Inggris ini tidak dilengkapi dengan APD ataupun perlindungan untuk pekerja yang mempunyai masalah kesehatan bawaan.
Baca Juga: Ditemukan Gejala Baru Covid-19 di Indonesia, Pasien Alami Mual Muntah dan Diare
Baca Juga: Hanya di Indonesia, Buka Puasa dengan Kolak yang Jauh Lebih Baik Manfaatnya daripada Es Buah
Padahal APD merupakan perlengkapan kesehatan yang paling dibutuhkan untuk menghadapi pandemi virus corona seperti saat ini.
Seperti dikutip dari Health and Safety Executive, APD merupakan peralatan yang akan melindungi penggunanya terhadap risiko kesehatan atau keselamatan di tempat kerja.
Terutama bagi mereka yang bekerja di tempat berisiko tinggi mengalami kecelakaan, cedera, atau tertular penyakit, seperti di area konstruksi atau di fasilitas kesehatan.
Sayangnya, dalam kasus ini polisi transportasi Inggris tidak menemukan catatan tentang peristiwa tersebut.
Akan tetapi, mereka berjanji untuk tetap menginvestigasi kejadian yang memantik perdebatan publik Inggris ini.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona