GridHEALTH.id - Siapa sangka Bali yang awalnya yang diprediksi bakal menjadi zona merah Covid-19, justru menjadi daerah terbaik dalam menangani virus corona.
Bahkan keunggulan Bali dalam mengendalikan pandemi dipuji langsung oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Bali berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 tanpa harus menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Alhasil banyak yang penasaran terkait formula apa yang digunakan dalam penanganan virus corona di Bali ini.
Melalui program acara ‘Sapa Indonesia Pagi’ Kompas TV, akhirnya Gubernur Bali I Wayan Koster membeberkan formula rahasianya itu, Rabu (13/5/2020) pagi.
Menurutnya keberhasilan Bali meminimalisir kasus virus corona sampai saat ini tidak terlepas dari berbagai upaya dan kebijakan yang diterapkannya dalam penanggulan pandemi Covid-19 di Pulau Dewata.
Baca Juga: Virus Corona di Sekitar Kita, Ini Kiat Aman ke Puskesmas atau Rumah Sakit di Tengah Pandemi Covid-19
"Begitu ada kasus Corona di Bali pada 10 Maret 2020, kami langsung mengambil langkah menyusun pola penanganan berkaitan dengan pencegahan, pembatasan pergerakan masyarakat, dan penanganan pasien yang sudah positif dengan baik, melalui layanan kesehatan yang memadai," ujar Koster.
Ia mengatakan dalam pencegahan pemerintah daerah Bali telah merancang satu pola penanganan Covid-19 dengan manajemen berjenjang melalui pelibatan lintas sektor.
Mulai tingkat provinsi yang melibatkan Pangdam IX/Udayana, Kapolda Bali, hingga Majelis Desa Adat (MDA), dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Kemudian, untuk tingkat kabupaten/kota pun demikian, yang dipimpin langsung oleh Bupati/Walikota.
Terkait peran desa adat yang telah diperkuat, selanjutnya Koster menyusun arahan dan imbauan sesuai dengan instruksi pemerintah pusat.
Hanya saja, dalam konteks lokal Bali, dia coba menyesuaikan dengan lebih dipertajam melalui surat edaran, imbauan, instruksi, dan keputusan bersama.
Di antaranya, terkait menjaga jarak, bekerja dari rumah, belajar di rumah, hingga protokol kesehatan.
"Semua itu dijalankan secara operasionalnya oleh pemimpin di desa-desa adat, lewat hukum adatnya, sehingga betul-betul menjadi sangat efektif untuk membatasi pergerakan masyarakat di tingkat desa," tegasnya.
Koster juga sangat mengapresiasi bahwa tingkat kedisplinan dan kepatuhan masyarakat Bali terhadap segala hal yang berasal dari pemerintah, sangatlah tinggi.
Maka itu, pihaknya lebih menitikberatkan soal kebijakan pada tingkat imbauan dan instruksi.
Baca Juga: Suti 'Atun' Karno Dilarikan ke Rumah Sakit, Rano Karno Minta Penggemarnya Kirim Doa, Ada Apa?
"Maka, menurut saya, tidak perlu PSBB. Sejauh ini semua imbauan dan instruksi yang saya berikan dijalankan dengan sangat baik, sehingga pergerakan masyarakat sangat berkurang. Sangat berhasil menurut saya dalam pengendalian pergerakan masyarakat. Tempat seperti pasar dan perbelanjaan tetap dibuka, namun terbatas dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat," beber Koster.
Hasilnya Pemprov Bali menunjukkan hasil positif, karena pola yang dibuat di awal tersebut dijalankan dengan tertib.
Baca Juga: Bahaya Sengatan Tawon, Seorang Pria Tewas Karenanya, Ini Ciri Manusia yang Berisiko
Dilihat dari data yang ada disebutkan bahwa rata-rata penambahan kasus positif di Bali adalah 7 orang per hari.
Sedangkan hingga Selasa (12/5/2020) jumlah pasien yang sembuh mencapai 215 orang atau 65,55 % dari total 328 kasus positif. Sedangkan pasien yang meninggal di Bali hanya 4 orang atau 1,22 % dari total 228 kasus.
Dari laporan tersebut, Koster menargetkan ‘Bali Bebas Covid-19’ pada akhir bulan Mei 2020 ini.
Sebelumnya Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya dalam webinar bersama TA/TO Prancis, Selasa (12/5/2020) mengapresiasi Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki penyebaran Covid-19 yang terkendali.
"Meskipun Bali adalah pusat pariwisata di Indonesia dengan banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau itu, tapi Bali bukanlah pusat pandemi Covid-19 di Indonesia," kata Nia Niscaya dikutip dari detiktravel (13/5/2020).
"Ini karena masyarakat Bali dapat bersikap disiplin untuk tetap tinggal di rumah dan mematuhi perintah kepala desa dan pemimpin agama setempat. Jadi, budaya memainkan aturan penting dalam hal ini," pungkasnya Nia Niscaya.(*)
Baca Juga: Fix, WHO Sebut Virus Corona Tak Akan Pernah Hilang, Sepakat Berdamai Seperti Kata Jokowi?
#berantasstunting #hadapicorona