Find Us On Social Media :

Penyakit Kawasaki yang Diderita Bayi Ini Dipicu Reaksi Terhadap Virus Corona, Merusak Jantung

Alexander Parsons meninggal dunia di usia 8 bulan karena penyakit Kawasaki.

GridHEALTH.id - Awalnya sempat disangka Terinfeksi Virus Corona, Ternyata Penyakit Kawasaki.

Penyakit Kawasaki yang Diderita Bayi Ini Dipicu Reaksi Terhadap Virus Corona, Merusak Jantung.

Itulah kenyataan yang diterima si bayi juga kedua orangtunya.

Kedua penyakit yang disebutkan di atas tetap tidak mengenakan dan tidak layak dipilih salah satunya.

Baca Juga: Jangan Tiru Masyarakat Amerika, Tirulah Filipina, Walau LockDown Dilonggarkan Masyarakatnya Enggan Keluar Rumah karena Satu Alasan

Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Inilah kisah sedih dari orangtua si bayi yang kini telah ditinggalan oleh anaknya untuk selama-lamanya.

Dilansir dari Mirror.co.uk pada Minggu (17/5/2020), Alexander Parsons, yang masih berusia delapan bulan, diyakini sebagai korban termuda dari penyakit Kawasaki.

Diketahui, penyakit Kawasakit adalah penyakit peradangan yang dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang pada jantung. 

Umumnya menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun.

Kisah bermula saat Kathryn Rowlands (29), ibu Alex, melihat ada beberapa ruam ditubuh Alex.

Baca Juga: Masih Mending di Indonesia, LockDown Covid-19 Belum Dibuka Masyarakat Amerika Sudah Gerah, Kunjungi Pantai juga Bar

Ruam tersebut tampak seperti terbakar matahari. Lalu suhu tubuhnya juga tinggi, dan ada pembengkakan kelenjar getah bening. 

Bayi Alex kemudian sakit selama dua hari hinggakedua telapak tangannya menjadi merah.

"Kami mengira itu adalah infeksi virus," kata Kathryn.

Baca Juga: Akan Normal Lagi, IDI Komentari Rencana Pemerintah Membuka Kembali Sekolah di Masa Pandemi Covid-19

Baca Juga: MUI Keluarkan Aturan Salat Idul Fitri di Rumah saat Pandemi Corona

Setelahnya, Alex dirawat di Rumah Sakit Derriford di Plymouth pada 6 April dan didiagnosis menderita penyakit Kawasaki pada hari berikutnya.

Ketika kondisi Alex memburuk, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Bristol Royal for Children.

Saat pemindaian jantung, ditemukan beberapa aneurisma koroner, pembesaran pembuluh darah dan cairan.

Hingga, bayi Alex meninggal malam berikutnya.

"Aku akan mencoba menenangkannya di tempat tidur," kata Kathryn.

Baca Juga: Kini Hamil 14 Minggu, Remaja Pembunuh Balita di Sawah Besar Ungkap Penyimpangan Seksual Sang Kekasih Penganut Masokis

"Dia menangis dengan cara yang belum kudengar."

"Aku memeluknya dan bernyanyi untuknya, lalu kepalanya kembali. Dia terkulai di tanganku. ”

"Petugas medis berjuang hampir satu jam untuk menghidupkannya kembali. Namun dia tidak pernah sadar lagi."

Baca Juga: Catat! Ini Kategori Orang yang Bebas Keluar Masuk DKI Jakarta Selama PSBB

Baca Juga: Bocah 10 Tahun Tewas Tergantung, Diduga Korban Dirundung dan Dibunuh

Lalu apa yang membuat kematian bayi Alex, melansir Intisari,id, juga berhubungan dengan virus corona yang sedang melanda ini?

Seorang dokter anak terkemuka dari Presiden Royal College of Paediatrics dan Kesehatan Anak, Prof Russell Viner, yakin bahwa penyakit Kawasaki yang diderita Alex dipicu oleh reaksi terhadap virus corona.

 

Sebab, Alex tidak memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Baca Juga: Sebut Virus Corona Biasa Saja, Indira Kalistha Minta Maaf hingga Berlinang Air Mata usai Dihujat Sana-Sini

Bahkan dia masih bisa tersenyum dan bermain hanya dua jam sebelum menderita aneurisma yang pecah.

Pada dasarnya, Eropa dan Amerika Serikat telah melihat lonjakan tajam penyakit Kawasaki yang terkait Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Di Italia misalnya.

Ada 10 anak muda dengan Covid-19 mulai menunjukkan gejala Kawasaki, jurnal medis Lancet melaporkan.

Baca Juga: Ini Dia Negara Pertama di Eropa yang Mengakhiri Epidemi Virus Corona

Baca Juga: Banyak Cairan Tubuh yang Hilang Selama Puasa, Ini Cara Mengakalinya

Lalu setidaknya ada empat anak lainnya, tiga di New York dan satu di Prancis, telah meninggal karena kondisi tersebut.

Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Eropa mengatakan, Eropa telah melihat sekitar 230 kasus pada bayi hingga anak-anak usia 14 tahun.

Bahkan dokter di Bergamo, Italia, telah melaporkan peningkatan 30 kali lipat pada gangguan serupa di antara anak-anak.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona