Find Us On Social Media :

Negara Samba Ini Kewalahan Hadapi Covid-19, Pekerja Ambulans Meninggalkan Mayat di Jalan, 30 Jam Kemudian Baru Diurus

Brazil

GridHEALTH.id - Menyusul Ekuador, Negara Samba Ini Kewalahan Hadapi Covid-19, Sampai Jenazah Korban Corona Dibiarkan Dijalanan Selama 30 Jam.

Itulah kenyataan yanng sekarang ini tengah dihadapi oleh pemerintah Brazil.

Negara yang mendalat julukan samba ini kini tengah dibuat kacau oleh pandemi Covid-19.

Baca Juga: Warga DKI Diizinkan Takbiran di Tengah Pandemi Covid-19 Oleh Anies Baswedan juga DMI dan MUI DKI

Sampai-sampai ada jenazah korban Covid-19 yang terbengkalai dipinggir jalan, dan baru bisa diurus sebagaimana mestinya 30 jam kemudian.

Bukan tanpa sebab hal itu terjadi. Pasalnya, di Brazil kini sudah tercatat 20 ribu lebih kematian akibat Covid-19.

Jadi mau tidak mau antrian jenazah untuk diurus dengan layak begitu panjang dan menyita waktu.

Baca Juga: Telan Pil Pahit Jelang Hari Raya Idul Fitri, Gugas Covid-19: 'Sangat Mungkin Kita Selamanya Hidup dengan Covid-19'

 

Baca Juga: Viral Tenaga Medis Pingsan hingga APD Harus Digunting, Dehidrasi usai Antar Jemput Pasien Covid-19

Karenanya kini, melansir Intisari.id (23 Mei 2020) Brazil merupakan salah satu negara yang menempati posisi teratas paling parah terdampak Covid-19.

Data hingga Jumat (22/5/2020) menunjukkan negara Brazil berada di urutan ketiga setelah Amerika dan Rusia.

Brazil mencatatkan kasus positif sebanyak 310.090 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 20.047 orang.

Melansir Mirror.co.uk, Setelah lebih dari 20.000 orang meninggal akibat penyakit ini di Brazil, ditemukan jenazah seorang pria yang telah ditinggalkan di jalan selama 30 jam.

Baca Juga: Bagaimana Covid-19 Merusak Sel Manusia dari Dalam? Agresif dan Menyiksa juga Menyeramkan

Baca Juga: Bagaimana Covid-19 Merusak Sel Manusia dari Dalam? Agresif dan Menyiksa juga Menyeramkan

Keluarga Valnir da Silva, 62, mengatakan ia adalah korban pandemi coronavirus di Rio de Janeiro.

Tubuhnya ditemukan terjepit di antara deretan mobil yang diparkir dan lapangan sepakbola kecil, ketika penduduk setempat terus memainkan permainan di sebelah jenazahnya.

Da Silva menderita kesulitan bernapas dan tiba-tiba pingsan, menurut saksi mata di bar terdekat.

Paramedis bergegas ke tempat kejadian tetapi tidak dapat menyelamatkannya.

Baca Juga: 3 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Mulut dan Gigi Menurut Dokter

Baca Juga: Melahirkan di Saat Pandemi Covid-19, Sangat Disarankan Melakukan Tes Virus Corona Lebih Dulu

Pekerja ambulans meninggalkan mayat di jalan dan staf dewan mengatakan itu bukan tanggung jawab mereka untuk mengeluarkan mayat.

Anak tiri pria itu, Marcos Vinicius Andrade da Silva, 26, mengatakan ia menghubungi petugas polisi yang berpatroli pada hari berikutnya yang juga menolak untuk memindahkan jenazah.

Butuh sekitar 30 jam sebelum tim pemakaman akhirnya diatur untuk mengambil mayat Mr da Silva yang membuat keluarganya sangat sedih dengan apa yang terjadi.

Dia kemudian dimakamkan di sebuah upacara dengan hanya empat orang, termasuk Marcos dan ibunya, yang hadir.

Baca Juga: Awas, Virus Corona Sangat Mudah Sekali Menyebar di Toko Baju

Baca Juga: Seorang Aktor Terinfeksi Covid-19, di Rumah Sakit Mengalami Komplikasi; Stoke, Infeksi Septik, dan Jamur di Paru-paru

Akta kematian menyebutkan bahwa ia meninggal karena serangan jantung, meskipun keluarganya mengklaim itu adalah komplikasi dari coronavirus.

Sementara itu, presiden Jair Bolsonaro telah meningkatkan penggunaan obat malaria yang kontroversial dan tidak terbukti untuk mengobati pasien di Brasil.

Peraturan baru berarti dapat diberikan kepada orang-orang dengan gejala yang lebih rendah seperti sakit perut, batuk atau demam, menurut Departemen Kesehatan.

"Masih belum ada bukti ilmiah, tetapi sedang dipantau dan digunakan di Brasil dan di seluruh dunia," kata Bolsonaro, yang menyamakan virus itu sebagai 'flu kecil' dan berseteru dengan pemerintah setempat atas tindakan mereka yang tinggal di rumah, kata melalui halaman Facebook resminya.

Baca Juga: Kasus Nol Selama Seminggu, Tegal Berencana Segera Buka PSBB

Baca Juga: Mona Ratuliu Melahirkan di Tengah Pandemi Covid-19, Sendirian Tanpa Suami

Rumah Sakit di Kota Terbesar Brazil Nasibnya di Ujung Tanduk

Ketidakseriusan Presiden Brazil menangani virus corona di negaranya, tampaknya menular ke sebagian warga.

Mengutip dw.com, akhir pekan lalu sejumlah orang bersuka ria keluar dan berkeliling di Rio de Janeiro.

Mereka menikmati kehidupan malam dan berkumpul untuk bir di sepanjang kawasan pejalan kaki pantai yang terkenal di kota tersebut.

Tidak ada yang mengenakan masker wajah wajib.

Baca Juga: Catat, Ini Rekomendasi WHO Untuk Cegah Kehamilan Saat Pandemi Covid-19

Baca Juga: Update Covid-19; Peneliti Temukan Virus Corona Bisa Terbang Diudara Sejauh 6 Meter

Setelah dua bulan melakukan tindakan penguncian yang meluas, penghuni lingkungan yang lebih makmur di kota senang untuk keluar dari rumah, tampaknya tidak peduli tentang pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.

Sementara itu di lingkungan miskin kota, tempat virus corona telah menyebar dengan cepat, orang-orang ketakutan.

Di sisi lain rumah sakit di Kota terbesar Brazil nasibnya di ujung tanduk.

Mengutip BBC, Walikota Sao Paulo, kota terbesar di Brazil, menyatakan sistem kesehatannya nyaris kolaps di tengah lonjakan darurat untuk merawat pasien virus corona.

Baca Juga: Kasus Corona Pecah Rekor di RI, Epidemiolog Ingatkan Siap-siap Puncak Tertinggi Belum Muncul

Baca Juga: Kasus Infeksi di Sekolah Kembali Terjadi Setelah Diaktifkan, DKI Jakarta Juli Sekolah Kembali Dibuka

Bruno Covas mengungkapkan, saat ini kapasitas rumah sakit sudah mencapai 90 persen, dan bisa penuh dalam waktu dua pekan saja. Sao Paulo merupakan salah satu wilayah di Brasil yang paling parah terdampak virus corona, dengan korban meninggal mencapai 3.000 orang.

Covas mengatakan, dia kini tengah berdiskusi dengan pemerintah negara bagian terkait menerapkan lockdown ketat sebelum rumah sakit kewalahan.

Gubernur Sao Paulo mempunyai wewenang atas kepolisian, sehingga Covas yakin bahwa idenya untuk memberlakukan karantina wilayah akan sukses.

Baca Juga: Kasus Infeksi di Sekolah Kembali Terjadi Setelah Diaktifkan, DKI Jakarta Juli Sekolah Kembali Dibuka

Kota terbesar Brasil itu mempunyai populasi 12 juta, dengan data resmi menunjukkan banyak warganya yang tak mengindahkan social distancing.

Sao Paulo bukan satu-satunya wilayah yang dilanda wabah parah.

Negara bagian Amazonas memiliki lebih dari 20.300 kasus yang dikonfirmasi pada hari Minggu, menurut angka resmi.

Layanan kesehatan di Manaus, ibukota negara bagian, juga telah kewalahan dan kuburan massal digunakan untuk menguburkan orang mati.

Baca Juga: Ma'ruf Amin : Pemerintah Minta Maaf Belum Bisa Hilangkan Covid-19

#brantasstunting

#HadapiCorona