Find Us On Social Media :

Hasil Karantina Mandiri Marion Jola Selama PSBB Covid-19 Menghasilkan Memar Merah di Punggungnya

Marion Jola kerap tampil seksi

GridHEALTH.idHasil Karantina Mandiri Marion Jola Selama PSBB Covid-19, Kerokan.

Itulah gambaran terkini yang didapatkan penggemarnya dari penyanyi seksi Marion Jola.

Baca Juga: Update Covid-19; Satu Lagi Muncul Negara Sukses Perangi Virus Corona, Selandia Baru, Ini Rahasianya

Penyanyi yang masih berusia 19 tahun ini, dan kabarnya mantan kekasih Julian Jacob, ternyata sedang melakukan karantina mandiri.

Selama melakukan karantina mandiri tidak banyak publik yang tahu apa yang dilakukannya.

Tetiba saja bebarapa waktu lalu dirinya mengarkan kondisi terakhirnya.

"Self Quarantine goals, finally i did that yes, that "kerokan" thing," tulis Marion Jola di Instagram, Sabtu (30/5).

Itulah unggahannya di akun Instagram pribadinya.

Baca Juga: Kisah Pilu Tsamara, Gadis Cilik Dari Sragen yang Meninggal Akibat Digigit Kutu Kucing

Baca Juga: Penderita TBC di Indonesia Masih Tinggi, Pantas Jokowi Minta Jangan Hanya Fokus ke Covid-19 Saja

Dalam unggahannya itu Marion Jola memperlihatkan memar merah di punggungnya.

Memar merah tersebut buah atau hasil kerokan.

 

Ternyata Marion Jola tidak sendiri yang pro kerokan.

Artis senior cantik Wulan Guritno pun artis yang pro kerokan.

Wulan Guritno pun pernah mengunggah video kerokan yang sedang dijalaninya di Instagram storynya.

Baca Juga: Update Belajar dari Rumah karena Pandemi Covid-19; Di Malang Hingga 14 Juni Mengikuti PSBB

Bukan saja artis, Menteri Kesehatan dr Terawan pun salah satu orang yang pro kerokan, lo.

Malah dr Terawan pernah menyatakan kerokan sebagai wisata kesehatan khas Indonesia yang bisa dijual.

"Kita punya industri kebugaran dan jamu yang hebat-hebat tapi nggak pernah kita munculkan. Contohnya mau tongkat ali, purwaceng, mau Mak Erot, di situ kita kemas dengan baik, wisatawan pasti datang," katanya.

Terawan juga mengatakan terapi pengobatan kerokan bisa dijadikan daya tarik wisatawan asing di sektor wisata kebugaran.

Baca Juga: Tak Hanya Kasus Covid-19 yang Meningkat di Jawa Timur, Jumlah Perempuan Hamil Pun Mengalami Lonjakan

Baca Juga: Ketagihan Seks Toys dari Sandal, Mendorong Berbuat Kriminal Berujung Diamankan Polisi

“Kalau yang lain menjual apa seperti terapi bekam dan kita jual kerokan,” ucap Menkes Terawan saat ditemui di acara peluncuran Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan, di Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).

Di Indonesia sendiri, kerokan memang telah menjadi terapi komplementer yang sering digunkan untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu.

 

Kerokan adalah salah satu terapi eksternal non-medis yang berfokus pada titik akupuntur.

Baca Juga: Membuat Paru-paru Selalu Sehat Sangat Mudah, Ini Caranya

Kerokan biasanya menggunakan koin atau benda dengan permukaan halus untuk meningkatkan petechiae (bintik merah) dan ekimosis (memar).

Berbagai penelitian menyebutkan manfaat kerokan, seperti efek penghilang rasa sakit pada mialgia (nyeri otot) dan nyeri kronis.

Kerokan juga dapat memperbaiki stasis darah (penyumbatan darah) dan peradangan.

Baca Juga: Pemasangan Ring Jantung dan Operasi Sesar Buat BPJS Kesehatan Defisit

Meskipun beberapa laporan menunjukkan efek samping terapi kerokan dalam praktek klinis dan eksperimental, namun mekanismenya masih belum jelas.

Dilansir NCBI, Tian et al sempat melakukan penelitian tentang kerokan dan hubungannya dengan suhu lokal dan volume perfusi darah pada subjek sehat.

Baca Juga: Update Covid-19; Pasien Positif Nasional Hingga 29 Mei Pukul 12.00 wib 25.216 Kasus, 125 Kasus Baru di DKI

Hasilnya, setelah kerokan 23 subjek (100%) dilaporkan merasa lebih hangat disertai dengan sedikit rasa sakit di daerah gesekan.

Baca Juga: Studi: Konsumsi Makanan Siap Saji di Indonesia Meningkat, 28% Kalori Orang Kota Berasal dari Junk Food

Mereka semua merasa rileks dan nyaman setelah kerokan meski  kulit menjadi sedikit merah, dan kemudian hyperaemia subkutan (kemerahan kulit).(*)

#brantasstunting

#HadapiCorona