Find Us On Social Media :

Tak Hanya Lezat, Oncom dan Tempe Rupanya Mampu Tangkal Penyakit The Sillent Killer

Oncm dan tahu diklaim mampu menangkal penyakit kematian mendadak.

GridHEALTH.id - Tak hanya lezat saat dijadikan makanan, oncom dan tempe juga ternyata dinilai baik untuk kesehatan.

Kedua makanan hasil olahan fermentasi kacang kedelai itu disebut-sebut mampu menangkal pemicu penyakit kematian mendadak (silent killer).

Hal itu diketahui usai para peneliti yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang membuat penelitian dari oncom dan tempe.

Baca Juga: Wanita Gemuk ini Berubah Drastis Usai Rutin Makan Tahu dan Tempe

Penelitian dari lima mahasiswa itu di bawah bimbingan Dr Aji Sutrisno melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) DIKTI 2015.

"Penyumbatan pembuluh darah tersebut diakibatkan dari respons alami tubuh manusia, yaitu pembekuan darah yang terjadi di pembuluh darah vena bagian dalam dan pembuluh darah arteri," kata salah seorang peneliti di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Berkaca dari adanya berbagai kasus pembuluh darah ini kemudian mendorong kelima mahasiswa ini untuk memberikan solusi.

Baca Juga: 4 Kelebihan Tempe yang Disepelekan, Baik untuk Gula Darah hingga Saat Pandemi Virus Seperti Saat Ini

Baca Juga: Ojol Protes Tak Boleh Bawa Penumpang, Korlantas Polri Sempat Perbolehkan Pengemudi Roda Dua Boleh Berboncengan Asalkan Dalam Kota

Dengan melihat dari berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, termasuk oncom dan tempe yang merupakan makanan berbasis kedelai fermentasi yang memiliki aktivitas fibrinolitik.

Para peneliti mengatakan penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu pembunuh terbesar saat ini.

Ternyata, makanan sehari-hari seperti tempe dan oncom mengandung enzim 'mujarab' untuk menangkalnya.

Dikatakan enzim fibrinolitik protease mampu menangkal pemicu penyakit sillen killer trombosis.

Baca Juga: Dampak Diputuskannya Hubungan Amerika dan WHO oleh Donald Trump, 450 juta Dolar Melayang Tapi WHO Tetap Tenang

Baca Juga: Dari Ngamuk hingga Ngumpet, Berikut Drama Penjemputan Pasien Covid-19 oleh Petugas Medis

Menurut Mayo Clinic trombosis merupakan pembekuan yang bisa menyumbat pembuluh darah vena dan arteri di seluruh tubuh.

Terjadinya trombosis tidak bisa dianggap sepele karena bisa menyebabkan kematian mendadak.

Seperti jika trombosis terjadi di pembuluh darah jantung, maka bisa menyebabkan serangan jantung.

Trombosis juga bisa menuju paru-paru dan menyumbat suplai darah ke paru-paru sehingga menyebabkan emboli paru. Bahkan bisa terjadi di otak yang menyebabkan stroke.

Baca Juga: Perpanjang PSBB di Tangerang, Tapi Gubernur Banten Buka Tempat Ibadah Demi New Normal

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa makanan ini mengandung enzim fibrinolitik protease, yang bekerja memecah bekuan darah.

Serangan jantung dan stroke kerap dipicu oleh bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.

Hanya saja, suhu yang terlalu tinggi pada proses pengolahan bisa menyebabkan enzim tersebut mengalami denaturasi atau kerusakan.

Sementara pada suhu yang terlalu rendah, tempe maupun oncom belum cukup matang untuk bisa dikonsumsi dengan aman.

Baca Juga: Bayi Rentan Terinfeksi Covid-19 dari Orangtuanya, Buktinya Sudah Terjadi Pada Bayi Kembar Ini

Melalui serangkaian percobaan, akhirnya didapatkan bahwa suhu yang tepat untuk memasak tempe dan oncom adalah 60 dan 80 derajat celcius.

Hasil pengamatan mereka menunjukkan adanya aktivitas enzim fibrinolitik protease pada suhu tersebut, ditandai dengan zona bening pada uji proteolitik dan fibrinolitik.

Baca Juga: Pengakuan Wakil Wali Kota Tangsel Perihal Fotonya yang Langgar Protokol Kesehatan Pandemi Covid-19

Bukan tanpa alasan jika para mahasiswa ini memilih tempe dan oncom sebagai bahan penelitian.

Kedua jenis produk pangan fermentasi ini cukup populer, sehingga mudah ditemukan dalam menu makan sehari-hari, bahkan di Jepang banyak yang meneliti produk pangan fermentasi.

"Nah kenapa kita nggak mengeksplor yang ada di tempat kita?"

"Sebelumnya, memang ada penelitian yang menunjukkan adanya aktivitas fibrinolitik pada makanan tradisional Jepang berbasis kedelai, yaitu nato,"katanya.

Rani menjelaskan metode penelitian diawali dari isolasi mikroba oncom dan tempe yang kemudian dilanjutkan dengan proses purifikasi enzim.

Baca Juga: Tempat Ibadah Akan Dibuka Lagi dengan Satu Syarat, Menag Sebut Surat Keterangan Aman Covid-19 Bisa Dicabut Paksa

Selanjutnya didapat enzim murni yang digunakan untuk proses elektroforesis dan zimografi guna mengonfirmasi adanya enzim fibrinolitik protease.

Selain itu juga dilakukan proses konfirmasi lainnya, yaitu dengan menggunakan fibrin plate assay dengan menggunakan media fibrin dan thrombin.

Metode yang digunakan untuk melihat adanya aktivitas pemecahan enzim dari oncom dan tempe guna membuktikan adanya aktivitas pemecahan terhadap fibrin (bekuan darah).(*)

Baca Juga: Berharap Jadi Spiderman, Gigitan Laba-laba Black Widow Justru Bikin 3 Bocah Kritis

 #berantasstunting

#hadapicorona