Find Us On Social Media :

Walikota Risma; Hasil Tes Telat Keluar Surabaya Jadi Zona Merah Tua, Data Epidemologi; Setiap 100.000 Populasi 107 di Antaranya Positif Covid-19

Kasus virus corona di Surabaya.

GridHEALTH.id - Walikota Risma; Hasil Tes Telat Keluar Penyebab Surabaya Jadi Zona Hitam, Padahal Setiap 100.000 Populasi 107 di Antaranya Positif Covid-19.

Jadi alasan kuat penyebab kota Surabaya menjadi atau masuk kategori zona hitam adalah karena setiap 100.000 Populasi 107 di Antaranya Positif Covid-19.

Baca Juga: Kapolri Idham Azis Geram Tahu Anak Buahnya Tak Pakai Masker; Mutasi, Harus Keluar!

Menurut Walikota Surabaya Tri Rismaharini, jumlah penderita virus corona di Surabaya meningkat, hal itu lantaran tes swab masif baru dilakukan belakangan ini.

Peningkatan itu lebih disebabkan hasil tes di laboratorium yang telat keluar.

"Kemarin tiga hari, 350, 137, kemudian 50 (positif) ada agak delay hasil swab kami mulai tanggal 4-7 (Juni), kenapa kemarin tinggi itu? (Tanggal) 4, 5, 6, itu belum ada hasilnya, jadi itu kumulatif tiga hari, yang hasilnya belum dapat," kata Risma, melansir wartaekonomi.co.id (10 Juni 2020).

Baca Juga: Kapolri Idham Azis Geram Tahu Anak Buahnya Tak Pakai Masker; Mutasi, Harus Keluar!

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur, Benny Sampirwanto menegaskan, Surabaya berstatus zona merah tua dan bukan zona hitam.

"Per 2 Juni 2020, Kota Surabaya memasuki zona merah tua, bukan hitam," kata Benny saat dihubungi kompas.com pada Rabu (3/6/2020) malam. 

Baca Juga: Berkah Pandemi Covid-19, Kota Maksiat Seks dan Ganja Ini Kini Bertobat, Menjadi Kota Hantu karena Corona

Baca Juga: Bahan Baku Obat China Banyak dari Hewan Eksotik Termsuk Kotorannya, Karena Virus Corona Hal Itu Kini Dilarang

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (11/6/2020), attack rate atau tingkat serangan Covid-19 di Surabaya masih sangat tinggi.

Berdasarkan data epidemologi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dengan jumlah penduduk lebih dari 3 juta jiwa, attack rate Covid-19 di Kota Pahlawan mencapai 107,6.

"Artinya, setiap 100.000 populasi warga Surabaya, 107 di antaranya positif Covid-19," kata Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (10/6/2020) malam.

Baca Juga: Refleksiologi, Pijatan Pada Telapak Kaki yang Bikin Tidur Lelap Penderita Insomnia

Baca Juga: Terpuruknya Ekonomi Karena Pandemi Covid-19, Bukan Berarti Susu Kental Manis Jadi Solusi Gizi Anak Indonesia

Untuk itu warga Surabaya harus sangat berhati-hati dan waspada terhadap Covid-19.

"Surabaya memang menjadi fokus penanganan."

"Karena jika kasus Covid-19 di Surabaya bisa selesai, maka separuh masalah Covid-19 di Jawa Timur bisa teratasi," ujar dia.

Attack rate Covid-19 di Surabaya lebih tinggi dibanding Jawa Timur dengan populasi penduduk 39 juta.

Attack rate di Jawa Timur sebesar 14,57.

Baca Juga: Studi: Mengabaikan Aturan Physical Distancing Adalah Tanda Psikopat

Baca Juga: Melihat Serangga Ini, Peneliti LIPI Langsung Keluarkan Pernyataan Bikin Heboh, 'Kiamat Sudah Dekat'

Artinya, setiap 100.000 populasi penduduk Jawa Timur, 15 orang di antaranya positif Covid-19.

Pada Rabu malam, kasus Covid-19 di Jawa Timur bertambah 304 kasus, sehingga total kasus mencapai 6.798 kasus.  

Surabaya masih mencatat tambahan kasus tertinggi berjumlah 188 kasus.

Baca Juga: Terpuruknya Ekonomi Karena Pandemi Covid-19, Bukan Berarti Susu Kental Manis Jadi Solusi Gizi Anak Indonesia

Pasien sembuh bertambah 112 pasien sehingga total menjadi 1.793 pasien.

Sementara pasien meninggal bertambah 23 pasien atau totalnya menjadi 553 pasien.

Total Pasien Dalam Pengawasan (PDP) bertambah menjadi 7.735 pasien dan Orang Dalam Pemantauan bertambah menjadi 25.995 orang.(*)

Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Kasus Covid-19 di Surabaya Cepat, Resepnya Diumbar Risma; Pokak Jahe

#berantasstunting

#HadapiCorona 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setiap 100.000 Populasi Penduduk Surabaya, 107 di Antaranya Positif Covid-19"