Find Us On Social Media :

Provokator Gunakan Isu Konspirasi Untuk Jemput Paksa Jenazah PDP Corona di Makassar

Penjemputan paksa jenazah PDP Covid-19 oleh warga bersenjata di Makassar.

GridHEALTH.id - Pengambilan paksa jenazah PDP Corona oleh sejumlah warga bersenjata di Makassar memang menghebohkan publik tanah air belakangan ini.

Menanggapi kasus ini, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah akhirnya membeberkan pemicu terjadinya kasus kriminal tersebut.

Menurutnya isu konspirasi rumah sakit menjadi pemicu warga menjadi nekat menjemput paksa jenazah PDP di RS Dadi, RS Labuang Baji, dan RS Stellamaris.

Dikutip dari YouTube Kompastv, Kamis (11/6/2020), awalnya Nurdin menjelaskan kejadian penjemputan paksa tidak terjadi begitu saja.

Nurdin bercerita, awalnya kericuhan terjadi saat para jenazah PDP hendak dimakamkan.

"Mulai dari pemulasaran hampir semua kuburan terjadi penolakan," kata Nurdin.

Baca Juga: Jaga Jarak Disebut Turunkan Risiko Penularan Virus Corona 85%, Berapa Jarak yang Dianggap Aman?

Baca Juga: Masyarakat yang Kontak dengan Pasien 02 dari Klaster Ijtima Ulama Gowa Sulawesi Selatan Menolak di Test Virus Corona

Penolakan bahkan terjadi pada lokasi pemakaman yang dikhususkan untuk para pasien Covid-19.

"Jadi kita buat kuburan Covid khusus, di sana juga ditolak," ujar Nurdin.

Nurdin mengatakan pihaknya telah menangkap sejumlah provokator yang sengaja membuat ricuh suasana.

"Tapi kita mulai tangkap orang-orang itu provokator," tegasnya.

Baca Juga: Rapat Bansos Covid-19, Anggota DPRD dan Pemerintah Kabupaten Ricuh dan Saling Adu Jotos

Barulah setelah terjadi penolakan pemakaman jenazah Covid-19, kerusuhan berlanjut pada aksi pengambilan paksa jenazah PDP.

"Ini merembet ke pengambilan jenazah paksa," kata Nurdin. "Kita tidak kekurangan pengamanan, jadi dia memang hebat ini."

Gubernur kelahiran Parepare itu menduga ada pihak yang terganggu di saat pemprov Sulsel mulai bisa menangani Covid-19.

Baca Juga: Potret Kaum Miskin Indonesia Saat Pandemi Covid-19; Pemulung di Jakarta Melahirkan di Saung Kotor Seorang Diri

"Jadi masuknya luar biasa, sekarang ini karena kita sudah menangani Covid, terus beberapa inovasi-inovasi kita lakukan. Tentu ada yang tidak nyaman dengan kondisi ini saya kira," jelasnya.

"Tapi kita tetap positif thinking saja, kita akan melakukan pengamanan lebih ketat lagi."

Berdasarkan informasi yang ia dapat, Nurdin mengatakan para provokator di balik aksi penjemputan paksa jenazah PDP mengangkat isu konspirasi rumah sakit.

Isu tersebut menarasikan pihak RS berusaha meraup keuntungan dari kondisi pandemi Covid-19.

Baca Juga: BNPB Sebut Orangtua Lebih Berisiko Meninggal karena Covid-19, IDAI Tegas; Paling Banyak Balita dan Usia Sekolah

"Jujur saya sampaikan hampir (semua -red) isu yang dia (provokator) tebar adalah ini adalah sebuah skenario Covid ini untuk memberikan keuntungan yang besar kepada rumah sakit, kepada perawat, dokter," papar Nurdin.

Nurdin secara tegas membantah isu-isu tersebut.

"Padahal betul-betul nakes kita sudah bekerja siang malam, berpisah dengan keluarga, jadi tidak seperti itu (isu yang beredar)," pungkasnya.

Baca Juga: Beredar Kabar Organ Tubuh Jenazah Covid-19 Diperjualbelikan, Begini penjelasan Ahli

Diketahui Pada Rabu (3/6/2020) kemarin, kasus pemulangan paksa jenazah PDP Corona di Makassar menghebohkan pemberitaan nasional.

Saat itu ratusan orang yang memaksa pulang jenazah PDP membawa senjata tajam, sehingga membuat petugas di rumah sakit tidak bisa berbuat apa-apa.

Padahal pemakaman jenazah PDP Corona sebaiknya dilakukan sesuai protokol kesehatan.

Baca Juga: Mulai Sekarang Jangan Buang Air Cucian Beras, Ternyata Bikin Wajah Glowing Bak Kembali ke Remaja

Sebelumnya Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, PDP Corona yang meninggal dunia sebaiknya dimakamkan dengan protokol kesehatan untuk mengantisipasi kemungkinan positif Covid-19.

Antisipasi ini penting dilakukan untuk melindungi petugas pemulasaraan dan petugas pemakaman jenazah.

"Selain itu juga untuk melindungi keluarga dari PDP yang meninggal tersebut. Ini perlu kita pahami bersama agar transparansi data bisa terwujud," tutur Yuri dikutip dari Kompas.com(23/4/2020).(*)

Baca Juga: Pria Asal Jakarta Obati Sakit Saraf Dengan Ganja, Hasilnya pun Tak Terduga

 #berantasstunting #hadapicorona